Mohon tunggu...
Rihat Hutagalung
Rihat Hutagalung Mohon Tunggu... Auditor - Rihat Hutagalung

Menulis sesuatu yang mungkin bermanfaat bagi orang lain (Blog pribadi : http://rihat-online.blogspot.com)

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Jakob Oetama: Menghibur yang Papa, Mengingatkan yang Mapan

13 Desember 2018   07:24 Diperbarui: 13 Desember 2018   07:34 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

III. MEMBANGUN INTISARI DAN KOMPAS
 Bulan April 1961, P.K.Ojong ,menemui Jakob di Jogjakarta. Jakob diajak untuk mendirikan majalah baru untuk menerobos pengekangan informasi dari luar yang diterapkan pemerintah. Patronnya adalah majalah Reader Digest, yang berisi informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia. 

Pembicaraan untuk membentuk majalah baru dimulai saat Koran yang ditangani PK.Ojong, Star Weekly dibreidel oleh pemerintah, sambil makan ayam goreng Mbok Berek dan menonton sendratari Ramayana di Candi Prambanan. Rencana itu kemudian diperdalam lagi di Jakarta.  

Majalah bulanan Intisari pun akhirnya terbit pada bulan Agustus 1963. Jakob kemudian pindah ke Jakarta bersama beberapa temannya seperti P.Swantoro, mantan adik kelas di Seminari dan penulis di majalah BASIS, Joseph Adisubrata, ahli filsafat dan bahasa latin dan Yunani yang bertugas untuk menerjemahkan artikel-artikel berbahasa asing, Indra Gunawan,Kurnia Muba dan Irawati, lulusan Fakultas Hukum Universitas Diponegoro yang menjadi relawan tanpa bayaran asal bisa bergabung dengan Intisari. 

Merekalah tokoh-tokoh awal dan calon-calon pemimpin perusahaan di kemudiaan hari, seperti Indra Gunawan yang akhirnya menjadi pemimpin berdirinya Toko Buku Gramedia. Majalah Intisari ibarat biji sesawi yang kecil, yang menjadi titil awal pertumbuhan dan perkembangan Kompas Gramedia ke berbagai bidang di masa depan.
 Majalah Intisari pertama kali berkantor di dekat Stasiun Kereta jakarta Kota dengan menggunakan mesin ketik dan fasilitas PT.Kinta, perusahaan percetakan tempat P.K Ojong sebelumnya.

Majalah Intisari dibentuk di bawah naungan Yayasan Intisari. Administrasi dan Sirkulasi Majalah Intisari  ditangani oleh PT. Kinta hingga tahun 1969. Untuk mendapatkan penulis, Jakob dan P.K Ojong menghubungi orang-orang yang benar-benar menguasai bidangnya seperti Widjojo Nitisastro utk ekonomi, sejarawan Nugroho Notosusanto, ahli sastra jawa Kuna R.M.ng.Poerbatjaraka, Soe Hok Gie, Soe Hok Djin (Arif Budiman),dll. 

Pada ulang tahun ke 40 majalah Intisari tahun 2003, Intisari terbit rata2 150.000 eksemplar, dan bergabung dalam Kelompok Majalah yang sudah melahirkan banyak anak dan cucu perusahaan.

Ide awal kelahiran Kompas adalah atas permintaan Jenderal Ahmad Yani kepada Frans Seda agar Partai Katolik menerbitkan koran sendiri untuk mengimbangi pemberitaan koran-koran yang berafiliasi ke Partai Komunis Indonesia. 

Permintaan tersebut disampaikan ke Ketua Patai Katolik, Kasimo dan pengurus, termasuk P.K. Ojong dan Jakob Utama. Namun Jakob yang diserahi tugas untuk menangani koran itu mengajukan syarat bahwa Koran yang baru trsebut tidak menjadi corong Partai Katolik, namun menjadi gambaran Indonesia yang penuh kemajemukan. Permintaan tersebut disetujui. 

Maka disiaplah koran baru dengan rencana nama Bentara Rakyat. Namun atas usul Presiden Soekarno kepada Frans Seda, namanya diubah menjadi "Kompas", yang bermakna sebagai pemandu arah.Koran Kompas menjadi Pembawa Bendera group sehingga bisa berkibar ke berbagai bidang bisnis lainnya. Di Kompas, semua orang bisa diterima tanpa melihat perbedaan Suku, Agama, Ras dan golongan.

Dalam perjalanannya, Kompas sempat mengalami beberapa fase. Pada mulanya tahun 60-an, pemasaran Inisari dan Kompas dilakukan oleh pihak lain ,yaitu PT.Kinta. Di Tahun 70-an, KKG menerbitkan lebih dari satu penerbitan pers dan melakukan pemasaran sendiri, khususnya setelah berdirinya Toko Buku Gramedia. 

Di awal tahun 80-an, KKG melakukan ekspansi dengan mengakuisisi beberapa penerbitan lain dengan tetap bisnis inti di bidang penerbitan pers. Kemudian di tahun 80-an, KKG melakukan ekspansi ke bidang usaha lain yang non penerbitan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun