Mohon tunggu...
Muhamad Nur Rihandi
Muhamad Nur Rihandi Mohon Tunggu... Foto/Videografer - MAhasiswa/Pelajar

Saya adalah seorang Mahasiswa dari UIN SIBER SYEKH NURJATI CIREBON, yang memiliki skill di dunia fotografi dan saya adalah Mahasiswa semester 5, hobi saya adalah fotografi dan membaca.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjadi Stoik Itu Asik

8 Oktober 2024   19:10 Diperbarui: 8 Oktober 2024   19:26 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di zaman yang kian banyak mengklaim dirinya adalah Sandwich Generation dan banyak anak muda yang selalu Overthinking entah itu memikirkan masa depan, orang tua, masalah ekonomi, bahkan masalah diri. Dalam zaman yang penuh dengan ketidakpastian ini banyak orang yang mencari sebuah cara dalam mendamaikan dirinya, menerima keadaan yang terjadi dalam dirinya. 

Salah satu caranya adalah kalian bisa memahami atau mempelajari ilmu filsafat yang bernama Stoicisme, apa itu Stoicisme? Stoicisme adalah pengendalian diri atau penerimaan diri terhadap apa yang tidak bisa kita kendalikan atau bisa disebut ketenangan diri. 

Stoicisme sangatlah relevan terhadap anak-anak muda zaman sekarang karena dengan bersikap tenang kita bisa menemukan atau belajar dalam memahami kesukaran hidup dan menemukan kebahagiaan yang sederhana yang terjadi di sekeliling kita. 

Selain itu, Stoik juga mengajarkan dalam menerima fakta kehidupan. Di dalam buku Filosofi Teras yang pernah saya baca bahwasannya dalam stoik itu kita tidak bisa mengubah masa lalu atau meramalkan masa depan akan tetapi di dalam stoik itu sendiri kita bisa memilih dalam menyikapi setiap kejadian-kejadian yang kita alami.

Maka dari itu melalui penerimaan diri, kita bisa lebih flexibel dan bisa menerima segala sesuatu dengan lapang dada walaupun tidak sesuai dengan harapan.  Salah satu hal yang paling utama dalam stoicisme adalah menjalankan segala sesuatu yang bisa kita kendalikan salah satunya adalah emosi kita dalam menyikapi hal apapun. 

Dan banyak juga di antara kita yang merasa frustasi, stres, overthinking dengan situasi yang tidak bisa kita kendalikan.

 Salah ssatunya adalah, perilaku orang lain, ataupun cuaca. Nah, stoicisme ini cocok untuk anak muda zaman sekarang dimana stoik ini membantu melepaskan depresi, stres dan kecemasan sehingga kita bisa berfokus pada hal-hal yang dapat kita kendalikan atau pada hal-hal yang penting.

Nah, kenapa menjadi stoik itu asik? karena menjadi stoik itu tidak berarti tidak memiliki emosi, melainkan kita bisa mengelaola emosi tersebut dengan bijak. Salah satu contohnya adalah kita tidak membiarkan emosi menguasai diri kita, justru kita yang harus menguasai emosi kita dengan sadar dan waspada terhadap emosi yang muncul, dan kita bisa menyikapinya dengan lebih baik dan sadar. 

Dan sering kali yang membuat kita stres, dan overtingking adalah banyaknya keinginan kita terhadap hal-hal yang material seperti uang, prestasi, ataupun validasi dari orang lain  yang mana hal tersebut hanya bersifat sementara, dan tanpa mementingkan kesederhanaan dan kebahagiaan yang berasal dari diri kita sendiri.

Filosofi dari stoik itu sendiri adalah bagaimana kita mengedepankan rasa syukur. Di mana kebahagiaan sejati menurut para ahli stoik, itu berasal dari dalam diri bukan dari hal-hal yang tidak bisa kita jangkau. Dengan kita mensyukuri apa yang kita miliki. 

dan dari sini kita belajar agar tidak terjebak pada zona yang tiada akhirnya seperti keinginan-keinginan kita yang tiada akhhirnya. Dan rasa syukur ini membantu kita melihat kehidupan secara positif daripada saat-saat sulit. 

Hal ini ketika kita bisa melepaskan diri dari proses emosional, kita bisa berpikir lebih jernih dan membuat keputusan yang lebih baik. Ini memberi kita lebih banyak kendali atas hidup kita dan memberi kita kedamaian batin 

Dan pada akhirnya, Stoicisme itu menyenangkan karena lebih damai, tenang, dan bijaksana. Di dunia di mana kita semua mengalami depresi, stres dan overthinking Stoicisme menawarkan pedoman praktis untuk menghadapi kehidupan dengan tenang. 

Dengan belajar menerima hal-hal yang tidak bisa kita ubah, fokus pada apa yang ada dalam diri kita, dan mengelola emosi dengan bijak, kita bisa menemukan kebahagiaan dan kedamaian sejati Menjadi jeli bukan tentang menghadapi dunia dengan tenang, tapi tentang selalu mencari makna hidup yang lebih dalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun