Mohon tunggu...
Rihadatul Aisya Salsabila
Rihadatul Aisya Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Rekayasa Nanoteknologi UNAIR 2024

Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Atletik

Mengubah Stres Menjadi Energi dengan Berlari

14 Desember 2024   13:57 Diperbarui: 14 Desember 2024   13:57 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Atletik. Sumber ilustrasi: PEXELS/Andrea Piacquadio

Pada zaman modern ini, stres menjadi salah satu masalah yang sering terjadi pada mental seseorang. Stres yang dialami dapat terjadi karena beberapa faktor. Meningkatnya hormon kortisol menjadi salah satu faktor internal timbulnya stres. Tidak hanya itu, hal negative di rumah, lingkungan kerja, maupun lingkungan kampus atau sekolah dapat menyebabkan tekanan pada diri kita. Hal itu dapat memicu timbulnya stres. Namun, tahukah anda bahwa saat ini banyak sekali orang yang menghadapi stresnya itu dengan berlari. Perlu kita ketahui bahwa aktifitas fisik ini tidak hanya mampu menyehatkan tubuh tetapi juga memberikan pengaruh positif pada kesehatan mental. 

Berlari merupakan salah satu aktifitas fisik dengan banyak manfat yang menjadi alasan seseorang memilih olahraga ini. Berlari di percaya dapat menghilangkan stres dengan mengeluarkan hormon endorphin yang dipercaya dapat meningkatkan suasana hati. Setelah berlari biasanya seseorang akan mengalami euforia. Fenomena ini biasa disebut dengan "runner's high". Selain memiliki manfaat yang banyak, berlari juga tidak membutuhkan banyak biaya, bahkan bisa kita lakukan dengan cuma-cuma.

Beberapa ahli kesehatan mengatakan bahwa orang yang memiliki hobi lari cenderung terhindar dari stres dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki hobi olahraga ini. Aktivitas ini dapat membantu mereset pikiran dengan cara yang alami dan menyehatkan. Saat berlari, pikiran kita akan teralihkan pada langkah kaki, ritme pernapasan, dan kondisi di lingkungan sekitar. Berlari di luar ruangan dengan menghirup udara segar dapat menenangkan sistem saraf. Dengan begitu, otak akan mendapatkan ruang untuk beristirahat sehingga rasa khawatir dan cemas yang sedang membebani kita akan berkurang. 

Tidak hanya itu, lari juga dipercaya menjadi salah satu cara yang efektif dalam meningkatkan kualitas tidur. Saat seseorang berlari, tubuh akan mengalami pelepasan energi berlebih. Proses ini dapat memberikan efek meditasi dan menjadikan tubuh lebih rileks, sehingga memudahkan seseorang untuk tertidur dan mendapatkan kualitas tidur yang lebih nyenyak. Dengan memiliki tidur yang berkualitas, seseorang akan memiliki kesehatan mental yang baik. Karena, tidur yang berkualitas dapat memperbaiki suasana hati, mengurangi tingkat kecemasan, dan dapat membantu meningkatkan konsentrasi. Seseorang yang berlari dengan konsisten cenderung memiliki kesempatan yang lebih banyak bagi tubuh untuk regenerasi. 

Selain itu, berlari juga dapat memudahkan seseorang dalam melihat masalah dari prespektif yang lebih jernih. Dalam suasana yang tenang dan fokus membuat pikiran lebih terbuka, berlari dapat memberikan waktu bagi seseorang untuk memproses emosi secara tidak langsung. Dengan begitu, seseorang dapat menyelesaikan masalah tanpa tekanan emosional yang berlebihan. Dalam setiap langkah dan napas yang dihembuskan ketika berlari, seseorang akan memasuki fase meditasi aktif, di mana beban pikiran dan seluruh rasa cemas yang dirasakan  dapat terurai secara perlahan.

Dengan memberikan ruang bagi otak untuk beristirahat dari tekanan sehari-hari, lari menjadi cara yang paling signifikan. Banyak pelari merasa pikirannya lebih segar setelah berlari, seolah-olah mereka merasakan dunia baru dengan berbagai solusi kreatif dalam menghadapi masalah yang sebelumnya tampak buntu. Oleh karena itu, lari tidak hanya dapat memberikan pengaruh positif bagi kesehatan fisik tetapi lari juga dapat menjadi alat yang efektif untuk menjaga kesehatan mental dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

REFERENSI 

Schuch, F. B., & Vancampfort, D. (2021). Physical Activity and Mental Health: Current Concepts and Future Directions. Current Opinion in Psychology, 36, 21-25. https://doi.org/10.1016/j.copsyc.2020.10.003

Pascoe, M., Bailey, A. P., Cormie, P., Fritz, N. E., & Parker, A. G. (2020). Physical Activity and Exercise in Youth Mental Health Promotion: A Scoping Review. BMJ Open Sport & Exercise Medicine, 6(1), e000677. https://doi.org/10.1136/bmjsem-2019-000677

Istyanto, F., & Rahmi, S. A. (2023). Manfaat Aktivitas Fisik terhadap Kesehatan Mental Berbasis Narrative Literature Review. Jurnal Kesehatan Madani Medika, 14(2), 182-192. https://doi.org/10.36569/jmm.v14i02.351

Rodriguez-Ayllon, M., et al. (2019). Role of Physical Activity and Sedentary Behavior in the Mental Health of Preschoolers, Children, and Adolescents: A Systematic Review and Meta-Analysis. Frontiers in Psychology, 10, 211. DOI: 10.3389/fpsyg.2019.00211

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Atletik Selengkapnya
Lihat Atletik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun