Mohon tunggu...
Egal Rigwaldi Sinaga
Egal Rigwaldi Sinaga Mohon Tunggu... Lainnya - The Real Man

Mulai tertarik untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Nasib PHK di Tengah Pandemi, Klaim BPJS untuk Bisa Berutang dan Membayar Utang

12 Agustus 2020   16:14 Diperbarui: 12 Agustus 2020   16:52 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Muh.Amran Amir/Kompas.com

Tepat tanggal 31 bulan April lalu, di mana hari terakhir kontrak kerja saya berakhir. Sebelum adanya virus corona, masih ada kesempatan untuk bisa diperpanjang tetapi pada saat itu juga corona langsung menyerang yang membuat geger seluruh umat manusia. Virus dari Cina itu mulai masuk ke Indonesia yang membuat banyak pekerja termasuk saya terkena dampaknya. Kebetulan saya bekerja di salah satu supermarket di kota Medan. Dengan keadaan toko yang semakin sepi ' memaksa ' perusahaan untuk mem-phk beberapa karyawannya yang masih berstatus kontrak.

Per tanggal 01 Mei, saya sudah menjadi pengangguran. Banyak orang termasuk saya masih menganggap remeh virus corona tersebut dan yakin itu akan berakhir dalam waktu sekejap. Menjelang dua minggu ternyata semakin banyak kabar bahwa banyak perusahaan yang sudah mem-phk karyawannya akibat dari virus itu. Dua minggu menjadi pengangguran ternyata begitu membosankan dan keuangan semakin menipis.

Saya berusaha untuk mencari pinjaman tetapi ternyata tidak mudah bagi seorang pengangguran untuk meminjam tanpa jaminan. Untung saja masih ada saldo bpjs yang bisa dicairkan dan itu kujadikan jaminan supaya ada yang percaya kalau saya mampu membayar nantinya. Jumlah saldo bpjs itu tidak banyak, hanya 4 juta lebih selama 2 tahun bekerja. 

Pinjaman itu berhasil kudapat dari seorang teman sebut saja namanya Andi. Kupinjam 1 juta pertama untuk keperluan selama sebulan karena syarat pencairan bpjs harus satu bulan setelah dinyatakan putus kontrak kerja.

Setelah lewat satu bulan, saya dengan semangat menuju ke kantor bpjs untuk melakukan klaim pencairan. Karena kurangnya informasi yang saya tahu, ternyata nomor antirannya dilakukan secara online. Saya datang ke kantor bpjs itu hanya sia-sia karena tidak memiliki nomor antrian tadi. 

Yang membuat saya semakin kesal sendiri ialah pendaftaran antrian online yang sedikit sulit diakses karena mungkin banyak orang yang juga ingin mengklaim akibat dari banyaknya phk. Setelah mencoba beberapa kali akhirnya saya bisa mendaftar tetapi harus menunggu hingga seminggu kemudian. Duit 1 juta yang saya pinjam itu sudah mulai menipis dan kembali saya harus mencari pinjaman.

Tepat tanggal 10 Juni, Andi datang menagih utang dari saya. Saya tidak punya uang dan dia marah karena saya mengingkar janji. Pertemanan kami mulai renggang akibat itu karena dia juga ternyata terkena dampak phk. 

Virus corona malah semakin meraja lela dan membuat banyak manusia menderita yang membuat sangat sulit untuk mencari pekerjaan karena banyak perusahaan mengurangi karyawannya. Saya mencoba untuk meminjam ke ibu kos karena dia seorang pns. Enaknya sebagai pns meskipun keadaan sulit seperti sekarang masih bisa menerima gaji penuh. Saya menyakinkan dia bahwa saya akan membayar setelah bpjs saya sudah dicairkan. Setelah sedikit memohon, dia mau meminjamkan uangnya.

Tanggal 13 Juni, saya membayar utang ke Andi dari pinjaman yang saya dapat dari ibu kos. Saya meminjam uang dari ibu kos sebanyak 2 juta. Setengah sudah saldo dari bpjs itu menghilang.

Tanggal yang ditentukan antrian online bpjs itu akhirnya tiba. Saya bergegas menuju kantor bpjs untuk melakukan pencairan. Surat-surat sudah lengkap dan sepertinya semuanya akan berjalan lancar. Saya duduk menunggu giliran dipanggil untuk verifikasi berkas. Saat itu sudah diterapkan prosedur sesuai dengan protokol kesehatan.

Saya kembali pulang dengan tangan kosong karena ada satu syarat lagi yang belum lengkap. Ternyata nama saya di sistem terdaftar di dua perusahaan dan itu tempat saya bekerja 5 tahun lalu. Pihak bpjs meminta untuk ada juga surat keterangan kerja dari tempat saya bekerja dulu. Ini adalah pelajaran bagi saya karena tidak mau tahu tentang hal-hal seperti ini dulu.

Tanggal 17 Juni, saya pergi ke perusahaan tempat saya bekerja dulu. Sebut saja namanya PT. X, sesampainya di kantornya ternyata HRDnya sudah bukan yang dulu lagi. Saya diminta untuk menunjukkan bukti bahwa saya pernah bekerja di perusahaan tersebut. Saya tentu tidak punya bukti apapun dan saya memohon supaya bisa dilihat di sistemnya saja tetapi sepertinya tidak berhasil walaupun saya sudah menyebutkan nama supervisor saya yang dulu.

Pihak PT. X itu menyuruh saya untuk meminta tanda tangan dari supervisor saya yang dulu sebagai bukti bahwa saya memang pernah menjadi karyawan di perusahaannya. Meskipun saya merasa sedikit kesal tetapi mau bagaimana lagi, ini juga karena kelalaian saya juga. Dan paling parahnya, supervisor saya yang dahulu sudah di pindah ke luar kota.

Tanggal 18 Juni, saya berangkat ke kota Siantar untuk menemui dan meminta tanda tangan dari supervisor saya yang dulu. Karena itu menjadi sebuah bukti bahwa saya pernah bekerja di PT. X lima tahun yang lalu. Untung saja beliau masih mengenal wajah saya dan tidak memakan banyak waktu untuk itu.

Tanggal 19 Juni, saya kembali ke PT. X untuk memberikan bukti tanda tangan itu. Tidak semudah yang saya pikirkan karena masih harus menunggu sekitar seminggu untuk mendapatkan surat keterangan kerja tersebut.

Tanggal 28 Juni, surat keterangan kerja dari PT. X sudah berada di tangan dan saya segera mendaftar lagi antrian online klaim pencairan BPJS dan tanggal yang saya dapatkan ialah seminggu kemudian.

Tanggal 01 Juli, Ibu kos datang menagih utang beserta uang kos untuk bulan ini. Utang 2 juta ditambah uang kos 500 ribu. Saya beralasan bahwa pencairan dari bpjs memakan waktu yang cukup lama dan itu membuat raut wajahnya seperti menyesal sudah meminjamkan saya uang.

Tanggal 07 Juli, saya kembali ke kantor bpjs dan kali ini persyaratan untuk klaim pencairannya sudah lengkap. Isi saldo yang ada akan ditransfer paling lama seminggu dari tanggal itu.

Sembari menunggu dan uang saya kembali menipis, saya kembali mencari pinjaman. Sangatlah sulit untuk mencari pinjaman seperti semua orang di dunia ini menjauh dari saya. 

Setelah bersusah payah mencari dan untung saja masih ada orang yang baik, saya pergi ke warung langganan saya dan menjaminkan KTP ( Kartu Tanda Penduduk ) dengan syarat paling lama dua minggu saya harus melunasinya. Saya meminjam lima ratus ribu dan genaplah utang saya semuanya 3 juta ditambah utang ke ibu kos. Isi saldo bpjs hanya 4 juta dan itu berarti tinggal 1 juta saja yang akan saya terima.

Tanggal 14 Juli, saya melihat saldo di rekening saya sudah 4 juta. Saya tersenyum tetapi itu sebuah senyuman yang pahit karena utang sudah menanti untuk dibayar.

Hari itu juga saya langsung membayar semua utang-utang sehingga tidak ada lagi utang yang menjadi beban.

Saya memutuskan untuk pulang ke kampung saja karena si corona yang kunjung belum mati, malah semakin membuat kehidupan semakin sulit.

Tiba-tiba handphone saya berbunyi menandakan adanya sebuah pesan masuk ;

 " Bang, uang yang abang pinjam kemarin itu sudah ada belum ? "

Itu pesan dari mantan pacarku dan aku teringat bahwa aku pernah meminjam duitnya sebanyak 1 juta sewaktu kami masih berpacaran.

Siallll....!!!   

@Rigwaldynaga

     Medan,2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun