Mohon tunggu...
Muhammad Rigan Agus Setiawan
Muhammad Rigan Agus Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Rigan

Mahasiswa Ilmu Sejarah UI

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Istana Bogor Pernah Hancur Karena Letusan Gunung Salak 1834, Begini Sejarah Lengkapnya

18 Oktober 2024   10:34 Diperbarui: 18 Oktober 2024   10:42 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Potret Istana Bogor dengan 1 Lantai Tahun 1875. (digitalcollections.universiteitleiden.nl) 

Salah satu warisan Kolonialisme Belanda yang masih digunakan hingga saat ini adalah Istana Bogor. Komplek istana seluas 28,6 hektar itu berdiri kokoh di kota hujan hingga hari ini dan dikenal akan keindahan dan kesejukannya.

Bahkan, Presiden Jokowi diketahui lebih sering berdiam di Istana Bogor dibanding Istana Merdeka sejak awal masa pemerintahannya dengan alasan kenyamanan. Lebih dari itu, banyak tamu Internasional juga disambut di istana tersebut.

Namun, tahukah kamu jika Istana Bogor pernah hancur karena letusan Gunung Salak pada tahun 1834? Bagaimana kisah lengkapnya? Simak penjelasan berikut ini!

Sejarah Pembangunan Istana Bogor

Dikutip dari Batavia, Buitenzorg, en de Preanger Gids voor Bezoekers en Toeristen, Istana Bogor pertama kali dibangun oleh Gubernur Jenderal Baron van Imhoff pada tahun 1745.

Meskipun demikian, wacana pembangunannya sendiri diketahui sudah muncul sejak masa Gubernur Jenderal Matsuyker di tahun 1677. Namun, baru terwujud ketika masa pemerintahan van Imhoff.

Pembangunan Istana Bogor sebagai tempat peristirahatan dilakukan oleh Baron van Imhoff dalam untuk beristirahat dari kesibukan di dalam Benteng Batavia.

Terlebih lagi, menurut catatan Ricklefs dalam buku Sejarah Indonesia Modern ketika itu kanal-kanal di Batavia sudah mulai tercemar dan menimbulkan banyak penyakit sehingga tidak cocok sebagai tempat untuk bermukim.

Menurut catatan Encyclopedie van Nederlandsch-Indi: Eerste Deel, Istana tersebut dibangun di kawasan yang dikenal sebagai Kampung Baroe dan diberi nama "Buitenzorg." Secara toponimi, Buitenzorg sering dipersamakan dengan kata dalam Bahasa Perancis "Sans Souci" yang artinya "Tanpa Urusan" atau "Tanpa Kekhawatiran."

Ditetapkan sebagai kediaman resmi Gubernur Jenderal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun