Mohon tunggu...
Rifqy Azza
Rifqy Azza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lagi mikir

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bekerja dan Perangkap Toxic Productivity

30 September 2021   22:00 Diperbarui: 1 Oktober 2021   14:05 1147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetapi, tidak jarang hal tersebut justru memberikan tekanan pada mental kita, di mana muncul ketakutan akan cap gagal yang akan dilekatkan pada kita serta rasa tidak berguna. 

Dalam upaya untuk menghilangkan kekhawatiran tersebut, terkadang kita tidak melihat secara holistik permasalahan yang kita hadapi. 

Permasalahan utama yang dihadapi bukanlah rasa kalah tersebut, tetapi mengapa kita membandingkan diri dengan orang lain yang memiliki kehidupan yang amat berbeda dengan kita. Perbandingan yang tidak relevan tersebut justru mengarahkan pikiran kita pada solusi yang salah. 

Hal inilah yang menyebabkan tren toxic productivity tertanam begitu kuat. Kita cenderung untuk membandingkan kuantitas, padahal setiap orang memiliki acuannya masing-masing.

Ketiga, kurangnya pemahaman terhadap tujuan melakukan sesuatu

Hal ini mungkin jarang sekali disadari, namun berdasarkan observasi penulis, sebagian besar orang yang telah terjebak dalam toxic productivity tidak tahu apa yang sebenarnya mereka kerjakan. 

Mereka terlalu berfokus pada “terlihat sibuk” daripada memahami apa yang sebenarnya mereka lakukan dan manfaatnya bagi mereka. 

Hal ini tidak selalu buruk, mengingat bisa saja pengalaman-pengalaman tersebut memberikan mereka sudut pandang baru, bahkan bisa menemukan potensi mereka. 

Tetapi, bukankah lebih baik untuk menimbang cost-benefit terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk terjun ke dalam suatu proyek.

Pembuatan keputusan juga perlu didasarkan pada pertimbangan yang matang agar tidak merugikan diri sendiri kedepannya, daripada mempertaruhkan kesempatan dengan membuat keputusan yang impulsif.

Pada akhirnya, kita bisa memperoleh kebahagiaan dari bekerja dengan memahami value dari apa yang kita kerjakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun