Mohon tunggu...
Rifqi Ulinnuha
Rifqi Ulinnuha Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

pecinta filsafat, teologi, tasawuf, psikologi, moderasi agama-toleransi, lingkungan hidup, kemanusiaan, sosial-budaya, gender dan sastra.🪄

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berlin Und Zuneigung #2 (The End)

15 Agustus 2024   14:32 Diperbarui: 15 Agustus 2024   14:36 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suara cukup keras yang ditimbulkan oleh pukulan tangan yang sengaja dipukulkan oleh Madam John, istrinya sendiri. Cekikan itupun terlepas dan ia mengambil kesempatan untuk berlari menuju putrinya yang jatuh tersungkur akibat cekikan keras suaminya yang seperti kesetanan. Ya, kesetanan oleh amarahnya sendiri yang sudah tak lagi terikat kencang oleh tali.

"Kau bodoh, John!! Putrimu sendiri mau kau bunuh?!!" katanya sambil memeluk putrinya erat dan tatapan tajam yang mengintrogasi suaminya itu.

"Dia bukan putriku! Dia tidak berguna!!"

Setelah napasnya kembali pulih dari bekas-bekas ketiadaan yang tidak jadi menghampirinya, Ketta pun kembali bangun dengan dipapah oleh ibunya sambil berkata "Aku tidak mau memperlakukan orang-orang seperti ekor sapi yang menjuntai-juntai. Mengucapkan terima kasih pada tuannya yang nyatanya telah mengalienasi mereka semua. Aku ingin terus mendidik anak-anak kecil untuk tidak melucuti keringat dan kulit semua pekerja dikemudian hari. Mereka harus dididik dengan kepala yang dibekali kasih sayang dan bukanlah perbudakan, simpati dan bukanlah memperdekat kata mati, kesejahteraan dan bukanlah pelacuran moral yang terus dilakukan oleh pengusaha yang memakan daging dan meminum nanah para pekerjanya sendiri. Aku ingin ketika mereka besar nanti tidak menjadi mimpi buruk bagi dirinya sendiri dan orang lain." katanya dengan menegaskan semua yang ada di dalam kepalanya kepada ayahnya itu.

"Kenapa kamu jadi sama kurang ajarnya seperti anak perempuanmu itu?!!!"

"Kalau memang kamu tidak suka dengan keputusan yang diambil oleh Charlotte, setidaknya kamu tidak membunuhnya. Aku masih mengakuinya sebagai anakku," jawabnya sambil melindungi anak perempuannya itu di belakangnya; berjaga-jaga supaya tidak lagi disiksa oleh ayahnya itu.

Ketta tiba-tiba berkata "Ma, aku tidak pernah melawan ayahku sendiri. Tapi, aku sedang melawan setan-setan kapitalisme dan imperialisme yang sudah memperbudak akal dan hati ayahku," Ketta berusaha memberitahu ibunya

"KURANG AJARR!!!" teriak ayahnya dengan suara yang begitu keras. Tatapannya semakin tajam, detik ini juga ia ingin menghabisi anak perempuannya itu.

Kilas balik itu kembali membuat air matanya mengalir deras. Apa ayahku tidak bisa menyayangiku? Dia ingin melenyapkanku, demi birahinya atas dunia. Sebuah tangan dan selembar tisu mengusap pipi basahnya. Ia tidak sadar bahwa Joelah yang melakukan itu.

"Kenapa kamu menangis?"

"Aku tidak tahu," katanya berusaha menyembunyikan semua yang ada di dalam dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun