Menurut beberapa sumber kemunduran dan keruntuhan VOC antara lain dikarenakan oleh terlalu lama VOC mempertahankan monopoli dan timbulnya pesaing kuat dari Inggris, Perancis, Denmark terutama setelah kekalahan Belanda dalam perang dengan Inggris (Burger,1962).Â
Day (1972) menambahkan bahwa sistem akunting, operasi pemasaran yang sangat konservatif, merosotna etos kerja kepemimpian dan pengelolaan yang makin lama makin buruk , ikut memperburuk kondisi keuangan VOC pada masa akhir keberadaannya.Â
Akibat dari lemahnya sistem kepemimpinan dan pengawasan tersebut adalah meningkatnya penyelundupan (smuggling), perdagangan gelap (clandestein trade), serta meluasnya usaha pribadi yang memanfaatkan faslitas VOC (private bussines) seperti pengiriman barang dagangan pribadi di dalam kapal -- kapal VOC (Schrieke,1960; Semma,2008; Poesponegoro dan Notosusanto, 1990).
Menjamurnya tindakan -- tindakan yang menggerogoti VOC dari dalam tersebut menjadi semakin parah dengan merebaknya korupsi mulai dari para pegawai rendahan hingga pegawai tinggi, sebagai akibat adanya "the insuffisient salaries" yang dirasakan para pegawai, mulai dari level rendah hingga level tinggi.
Dan dari sekian banyak tindakan  yang menggerogoti eksistensi VOC, korupsilah yang paling menonjol. Sehingga Furnivall ( 1944) berpendapat " it is not surprising then that the failure of the Company was attributed to corruption" sehingga dia mengatakan bahwa "V.O.C ( Vereenigde Oost --indische Compagnie ) were interpreted as Vergaan Onder Corruptie - perished by corruption".Â
 Kebobrokan pengelolaan tersebut dilukiskan dengan warna hitam yang penuh horor oleh para penulis ekonomi aliran liberal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H