Mohon tunggu...
rifqi mozlem
rifqi mozlem Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar Psikologi di Ilmu Komunikasi?

16 November 2017   08:09 Diperbarui: 16 November 2017   13:46 1266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Belajar psikologi di ilmu komunikasi? Why?

Belajar materi psikologi di kuliah ilmu komunikasi?

"Why?

"Buat apa?"

"Sebenernya ini kuliah apaan sih? materinya banyak aneds"

"Mentang-mentang belakangnya sama-sama huruf "i" gausah disambung-sambungin dong"

"Ku ingin pindah ke Meikarta!" (Gak nyambung, sayaang)

Saya yakin kalian gak bakalan ngomong kaya gitu. Itu mah saya lebay-lebay-in aja biar lucu. (Meskipun gak lucu sih wkwk)Tenang ya guys, kalem ya abis ini kita ulik soal esensi sebuah mata kuliah bernama psikologi yang ikut berkontribusi dalam menambah beban para commers buat lulus:D

Meskipun kuliahnya di ilmu komunikasi, ternyata di dalam ilmu komunikasi juga ada kuliah soal psikologi nih. Menurut kalian, ada gak sih hubungan antara komunikasi dengan psikologi? Mari kita pecahkan.

Kalo saya tadi abis googling-googling dikit di google sih katanya beberapa mata kuliah emang ada hubungan erat dengan psikologi, seperti sosiologi (ilmu kesosialan), biologi (ilmu alam seisinya), dan kiro-kirologi (ilmu buat kalian yang suka ngitung kancing pas soalnya pilihan ganda wkwk) karena hal itu semua memang takkan pernah luput dari membaca mimik dan ekspresi orang. Contohnya saat kiro-kirologi sseorang gak akan bisa ngasal make, harus ada analisa kalian kepada sang guru yang mengajar kalian, kalo seandaikan soalnya essay terus kalian menggunakan ilmu kiro-kirologi dan guru kalian adalah text-book master. Ya, jangan dipake, nilai kalian jeblok ntar haha (guys, ini penting buat kita bahas gak sih sebenernya wkwk)

Daripada pusing mikirin google yang belum mungkin google belum tentu mikirin kita, mendingan kita beranjak ke pengalaman pribadi saya aja ya, yang kayanya kalian ni emang kepo banget deh ama urusan-urusan saya hwahaha. Jika menrut saya sebagai mahasiswa ilmu komunikasi yang aktif dan kompeten dalam berkontribusi nyata  untuk dunia ilmu komunikasi (bullshit banget) berpendapat jika ilmu psikologi memanglah menjadi sebuah hal terpenting yang dilakukan seorang komunikator sebelum menyampaikan pesan, harus ada riset kecil-kecilan kepada para khalayak sebelum kita sebagai komunikator terjun untuk beraksi menyebarkan pesan-pesan yang beraroma cinta. Waduh

Contoh penggunaan ilmu psikologi bisa diterapkan pada konsentrasi apapun, seperti marketing communication ataupun broadcasting journalism. Contoh penggunaannya dalam marketing communication akan terlihat nyata sekali, dikarenakan setiap segala sesuatu yang berbau dengan penyampaian pesan pemasaran, seorang komunikator harus mengetahui kondisi pasar, ya istilahnya survey gitu sih. Diteliti dulu, gimana sih kira-kira gimana sih kondisi target audience yang bakalan disasar. Sesederhana contoh "Jualan es lilin di kutub utara" atau "jualan kaos pink ke cowok rocker", mungkin orang-orang yang memiliki kesalahan seperti itu perlu banget untuk direhabilitasi ya wkwkw. Mereka salah menempatkan barang yang mereka jual, karena mereka tidak memahami psikologi sekaligus kondisi orang kutub utara yang pengennya anget-anget dan cowok rocker yang selalu keliatan garang, pake item-item.

Sama dengan broadcasting journalism. Mereka yang menempati posisi creative team diperlukan analisis juga terhadap khalayaknya. Contohnya membuat program TV pada hari minggu pagi. Sekarang TV mulai kurang membaca psikologi anak-anak yang menyukai tayangan animasi, mereka kebanyakan menayangkan acara-acara music seperti dahsyat dan inbox yang didalamnya banyak sekali umpatan-umpatan dan bullying. Si anak kecil ya otomatis nonton, karena dia gak mungkin melewatkan untuk menikmati kesempatan seminggu sekalinya inib dalam menonton TV. Hingga akhirnya merekapun mengikuti apa yang mereka saksikan di layar kaca yang semakin biadab ini.

Kemungkinan ada beberapa sih emang, anak kecil yang gak suka dengan tayangan TV minggu pagi. Eit, tp jangan salah. Mereka juga berbahaya, karena bosan menonton TV, mereka akan beralih ke media sosial Instagram atau youtube yang kain hari orang tua harus makin waspada dengan tontonan anaknya. Salah satu korbannya bisa jadi si anak kecil cewek ngik-ngik-ngik itu ya wkkwk

Saat kalian ingin mendapatkan perhatian lawan jenis, kalian juga harus memahami kondisi psikis dari mereka. Perlu adanya pemahaman-pemahaman yang harus kalian lakukan, sebelum akhirnya maju dan salah langkah. Contoh kejadiannya bisa cek di post saya sebelumnya ya hehe

Wah, seperti itu intinya kawan, psikologi itu memang harusnya digunakan sebaik mungkin di dalam berkomunikasi. Sekian dulu yak dari saya. Sampai jumpa di post berikutnya :)))))))))

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun