Mohon tunggu...
Rifqi Akbar Athallah Lazuardi
Rifqi Akbar Athallah Lazuardi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Freelancer

Seorang yang belajar menulis lewat artikel online

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Stoikisme dalam Sudut Pandang Komunikasi Intrapersonal

20 Juni 2024   12:00 Diperbarui: 21 Juni 2024   14:57 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Ilustrasi/universalprofit.com

           

            Manusia seringkali menempatkan sumber kebahagiaan kepada orang lain atau sumber eksternal. Padahal manusia memilki kemampuan berpikir dan berdaya dalam menentukan sumber kebahagiaanya. Dalam komunikasi juga dikenal istilah intrapersonal yang berfungsi sebagai penyesuian diri dan fasilitas melepaskan emosi. Stoikisme juga mengandung unsur pengendalian diri dalam memandang peristiwa di kehidupan, sehingga proses ini perlu melalui komunikasi dengan diri sendiri yang dalam atau kontemplasi agar mampu mencapai titik dimana manusia dapat mengendalikan dirinya secara penuh dari paparan eksternal.

            Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang berlangsung oleh satu orang atau terjadi dalam diri individu, seperti ketika berimajinasi, seolah-olah berkomunikasi dengan diri sendiri. Komunikasi ini membantu mengembangkan kreativitas, imajinasi, pemahaman dan pengendalian diri, serta meningkatkan kedewasaan dalam berpikir sebelum mengambil keputusan. Jalaludin Rakhmat menyatakan bahwa jika dilihat dari psikologi komunikasi, pengertian komunikasi batin adalah pemrosesan informasi yang meliputi penginderaan, persepsi, ingatan, dan pikiran.

            Filsafat Stoa didirikan oleh Filsuf Yunani bernama Zeno. Filsafat Stoa di populerkan oleh tokoh muda mulai abad pertama masehi dengan tokoh-tokoh: Seneca, Epictetus, Kaisar Marcus Aurelius yang masing-masing memiliki latar belakang yang berbeda. Titik tolak dari seluruh Filsafat Stoa adalah rasa kagum terhadap tatanan dan keteraturan yang ada di dunia ini. Kemunculan kaum Stoa ditandai dengan pengajaran dari Filsfu Zeno dari Citium sekitar tahun 300 SM. Menurut kaum Stoa hidup manusia berpusat pada usaha untuk hidup seperti logos universal sebagai dasar hidup moral.

            Pengertian Stoa sering dikenal dengan kebebasan. Kebebasan yang dimaksud tidak berarti manusia terbebas dari takdir melainkan manusia akan mencapai kebebasan apabila ia dengan sadar rela menyesuaikan diri dengan alam dan hukum alam yang tidak bisa dihndari.

MENURUNKAN EKSPEKTASI DENGAN PREMDITATIO MALORUM

            Ekspektasi didasarkan pada komunikasi intrapersonal dengan diri sendiri, dan merupakan prediksi tentang apa yang akan terjadi berdasarkan persepsi terhadap apa yang telah terjadi. Manusia sering menaruh ekspektasi yang tinggi dengan penuh harapan bahwa ekspektasi tersebut akan terjadi. Hal ini memang bisa menjadi motivasi untuk terus berusaha melakukan sesuatu secara maksimal. Namun akan terasa sangat menyedihkan ketika ekspektasi tersebut patah, dalam kata lain realitas yang ada tidak sesuai dengan ekspektasinya.

            Maka dari itu Stoic mengajarakan konsep yang menarik dan mampu mengatasi ketidaksiapan manusia dalam menerima ekspektasi yang patah. Premeditatio Malorum adalah teknik memperkuat mental dengan membayangkan semua kejadian yang mungkin terjadi di hidup kita di hari ini dan kedepannya. Berbeda dengan kekhawatiran tidak beralasan, dengan premeditatio malorum kita bisa mengenali peristiwa di luar kendali kita dan memilih bersikap rasional. Hubungan kita dengan rejeki adalah “pengguna” atau “peminjam”, kita harus selalu siap ketika segala rejeki dan keberuntungan kita diminta kembali oleh Dewi Fortuna. 

            Dengan melakukan Premeditatio Malorum individu telah mencabut sebagian ketidakpastian. Meskipun terkesan seperti menanamkan pemikiran negatif dalam diri, namun tips ini justru untuk mengurangi emosi negatif akibat hal-hal tidak terduga. Apabila sesuatu telah berubah dari tidak terduga menjadi dapat diantisipasi maka efek negatifnya akan jauh berkurang. Dapat dicontohkan pada peristiwa ketika individu akan melewati jalan raya yang sudah diprediksi akan macet. Sebaliknya apabila hal-hal buruk yang dibayangkan ternyata tidak terjadi, maka kebahagiaan akan lebih terasa. Tips Premeditatio Malorum dapat di aplikasikan dalam pemberian layanan konseling kepada individu yang mengalami gangguan emosi negatif salah satunya masalah kecemasan. Bahkan kepada individu yang sedang tidak mengalami permasalahan sekalipun, karena Premeditatio Malorum datang dari nalar dan kepala dingin. 

AMOR FATI DENGAN MEMBANGUN KONSEP DIRI TANPA VALIDASI

            Komunikasi Intrapersonal memiliki fungsi membantu membangun dan memelihara konsep diri, pemahaman tentang diri sendiri didasarkan atas bagaimana orang lain berkomunikasi dengan dirinya dan bagaimana dirinya memproses komunikasi intrapersonal. Manusia cenderung mencari validasi mengenai konsep dirinya kepada orang lain. Ini membuat manusia ketergantungan terhadap apa yang orang lain persepsikan tentang dirinya. Selain menjadikan manusia terkurung dalam standar yang dibuat oleh masyarakat, kecendurangan ini juga akan berdampak pada sulitnya menerima kenyataan dan realitas yang ada.

            Amor Fati berasal dari bahasa latin yang memiliki arti mencintai takdir (Manampiring, 2018). Stoisisme mengajarkan manusia untuk menerima apa yang saat ini terjadi dalam hidupnya tanpa berangan-angan tentang masa lalu atau masa depan. Menurut stoisisme, adanya pikiran yang menginginkan keadaan lain dari situasi hidup yang saat ini terjadi merupakan tirani. Amor fati mengajarkan manusia untuk menerima bahkan mencintai apa yang menjadi takdirnya saat ini baik keadaan yang baik atau buruk. Tentu tidak mudah untuk terus bisa menerima apa yang terjadi dalam hidup terlebih menerima hal-hal buruk. Namun stoisisme menyatakan bahwa amor fati merupakan cara manusia untuk mencapai keagungan (greatness).

            Amor Fati mengajarkan manusia untuk selalu mindfulness dalam menjalani hidup. Ketika dihadapkan dengan rasa sakit dan kekecewaan, stoisisme memerintahkan manusia untuk tetap mencintai keadaan tersebut. Mencintai takdir juga merupakan salah satu implementasi dari hidup selaras dengan alam. Meskipun tidak mudah, menerapkan amor fati dalam hidup ternyata dapat dilakukan melalui sebuah latihan yaitu dengan teknik S-T-A-R. Pertama, Stop. Saat pikiran buruk mengenai suatu kejadian menyerang, hal pertama yang harus dilakukan adalah menghentikan arus pikiran negatif tersebut. Kedua, Think & Assess. Setelah emosi negatif dapat dikendalikan, selanjutnya manusia dapat berpikir dan menilai kejadian yang telah menimpanya. Langkah ini merupakan langkah yang paling penting karena semua kejadian dalam alam semesta ini merupakan sesuatu yang netral, baik dan buruknya tergantung bagaimana pandangan manusia. Ketiga, Respond. Setelah emosi buruk mereda manusia telah menggunakan nalarnya untuk berpikir dan menginterpretasikan kejadian yang menimpanya, barulah ia dapat bereaksi. Reaksi yang dilakukan dapat berbentuk perkataan atau perbuatan.

PENGENDALIAN PERSEPSI MELALUI DIKOTOMI KENDALI

            Proses individu menginterpretasi / memahami makna pada sensasi. Dunia yang dipersepsi bukanlah “dunia yang nyata” tetapi “dunia yang dipahami”. Dipengaruhi oleh perhatian, personal, dan situasional. Persepsi memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan komunikasi. Artinya, kecermatan dalam mempersepsi stimuli inderawi mengantarkan kepada keberhasilan komunikasi. Sebaliknya, kegagalan dalam mempersepsi stimuli, menyebabkan miskomunikasi. Oleh karena itu tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa persepsi adalah inti komunikasi.

            Stoisisme mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa datang dari “thing we can control”, hal-hal yang ada dibawah kendali kita. Dengan kata lain kebahagiaan sejati hanya datang dari dalam bukan dari hal-hal eksternal yang berada bukan dalam kendali kita, seperti kejadian-kejadian yang akan datang menimpa kita yang kita tidak pernah tau sebelumnya. Kaum stoa mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa datang dari apa yang dapat kita kendalikan. Dengan kata lain kebahagiaan hanya datang dari dalam. Sebaliknya kebahagiaan dan kedamaian sejati tidak bisa digantungkan kepada hal-hal yang tidak bisa dikendalikan oleh diri sendiri.

            Bagi Filsuf Stoa menggantungkan kebahagiaan pada hal-hal diluar kendali diri seperti perlakuan orang lain, popularitas, kekayaan adalah tidak rasional. Namun Dikotomi Kendali mendapat protes yang valid karena menurut beberapa ahli terdapat sebagian hal-hal dari luar yang dapat dikendalikan. Kemudian Dikotomi Kendali menjadi trikotomi kendali. Jika Dikotomi Kendali terdapat dua aspek yaitu hal-hal yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan, trikotomi kendali menjadi: a. Hal-hal yang bisa dikendalikan (opini, persepsi dan pertimbangan diri sendiri), b. Hal-hal yang tidak bisa dikendalikan (cuaca, opini, dan tindakan orang lain), c. Hal-hal yang sebagian bisa dikendalikan (sekolah, pekerjaan, perlombaan, hubungan dengan pasangan) dengan cara memisahkan tujuan (internal goal) dengan hasilnya (outcome-nya). Belajar untuk tidak menginginkan hal-hal yang ada diluar kendali diri sendiri berbeda dengan pasrah. Namun dengan sadar mesyukuri apa yang telah dimiliki dan mengendalikan pikiran dari khawatir akan hal-hal yang belum didapatkan yang diluar kendali.

            Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Dikotomi Kendali adalah menyadari bahwa sebagai manusia terdapat hal-hal yang berada diluar kendali diri sendiri. Sehingga mempengaruhi peristiwa-peristiwa yang dialami sehari-hari. Dengan Dikotomi Kendali masing-masing individu mampu menyadari bahwa hal-hal eksternal yang berada diluar kendali tidak sepatutnya di sesali dan dapat mengendalikan respon terhadap hal-hal tersebut. Namun, kemudian muncul trikotomi kendali yang menjelaskan bahwa terhadap hal-hal yang diluar kendali manusia yang masih dapat diubah. Yang dapat dikendalikan oleh diri sendiri seperti karir, sekolah, prestasi dll. Dengan kata lain Dikotomi Kendali memberikan pengertian bahwa sebagai manusia baiknya memiliki kontrol emosi yang baik agar dapat merespon hal-hal diluar kendali dengan bijaksana dan hidup lebih tenang. 

PENUTUP

            Komunikasi Intrapersonal jarang untuk dibahas karena terbatas hanya pada satu individu saja. Namun ternyata terdapat kompleksitas dalam pikiran suatu individu sehingga memunculkan banyak tindakan dan perilaku yang beragam. Dalam Stoikisme ternyata berkaitan dengan unsur yang ada pada komunikasi intrapersonal. Patahnya ekspektasi dapat membuat individu tersiksa, premeditatio malorum menawarkan solusi bahwa harus memikirkan prediksi terburuk agar mengurangi emosi negatif. Berbeda dengan pesimis, premeditatio malorum tidak mengajak individu untuk berpikir negatif namun mengenali hal diluar kendali sehingga bisa menerima peristiwa yang tidak sesuai ekspektasi.

            Amor fati mengajak individu untuk menerima bahkan mencintai kondisi apa adanya. Ini menjadi obat bagi individu yang memiliki ketergantungan dengan validasi orang lain. Amor Fati perlu untuk dilatih menggunkan meotde S-T-A-R. Dengan ini individu menjadi bebas tanpa terikat oleh standar yang dibuat ole publik. Dikotomi kendali merupakan salah satu upaya dalam mengendalikan persepi secara utuh. Persepsi ini dipengaruhi oleh personal sehingga manusia punya kemampuan dalam menentukan persepsi ini diluar atau didalam kendalinya. Memilah sensasi dari luar memudahkan individu untuk menyikapi setiap fenomena yang ada dengan pikiran yang dingin.

DAFTAR PUSTAKA

Ilmi, M. I. Z., & Subakti, G. E. (2023). Islam dan Filsafat Stoisisme: Kajian Buku Filosofi Teras Karya Henry Manampiring. Cakrawala: Jurnal Studi Islam, 18(1), 39–48. https://doi.org/10.31603/cakrawala.8399

KONSEP KEBAHAGIAAN DALAM BUKU FILOSOFI TERAS (Analisis Psikologi, Islam, Bimbingan Dan Konseling Pendidikan Islam). (n.d.).

Kustiawan, W., Fadillah, U., Sinaga, F. K., Hattaradzani, S., Hermawan, E., Daffa Juanda, M., Suryadi, A., Fahmi, R. R., Williem Iskandar, J., Percut, P. V, & Tuan -Medan, S. (n.d.). KOMUNIKASI INTRAPERSONAL. JOURNAL ANALYTICA ISLAMICA, 11(1), 2022.

Manampiring, H. (2018). Filosofi Teras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun