Mohon tunggu...
Rifqi Akbar Athallah Lazuardi
Rifqi Akbar Athallah Lazuardi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Freelancer

Seorang yang belajar menulis lewat artikel online

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Stoikisme dalam Sudut Pandang Komunikasi Intrapersonal

20 Juni 2024   12:00 Diperbarui: 21 Juni 2024   14:57 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Ilustrasi/universalprofit.com

            Proses individu menginterpretasi / memahami makna pada sensasi. Dunia yang dipersepsi bukanlah “dunia yang nyata” tetapi “dunia yang dipahami”. Dipengaruhi oleh perhatian, personal, dan situasional. Persepsi memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan komunikasi. Artinya, kecermatan dalam mempersepsi stimuli inderawi mengantarkan kepada keberhasilan komunikasi. Sebaliknya, kegagalan dalam mempersepsi stimuli, menyebabkan miskomunikasi. Oleh karena itu tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa persepsi adalah inti komunikasi.

            Stoisisme mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa datang dari “thing we can control”, hal-hal yang ada dibawah kendali kita. Dengan kata lain kebahagiaan sejati hanya datang dari dalam bukan dari hal-hal eksternal yang berada bukan dalam kendali kita, seperti kejadian-kejadian yang akan datang menimpa kita yang kita tidak pernah tau sebelumnya. Kaum stoa mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa datang dari apa yang dapat kita kendalikan. Dengan kata lain kebahagiaan hanya datang dari dalam. Sebaliknya kebahagiaan dan kedamaian sejati tidak bisa digantungkan kepada hal-hal yang tidak bisa dikendalikan oleh diri sendiri.

            Bagi Filsuf Stoa menggantungkan kebahagiaan pada hal-hal diluar kendali diri seperti perlakuan orang lain, popularitas, kekayaan adalah tidak rasional. Namun Dikotomi Kendali mendapat protes yang valid karena menurut beberapa ahli terdapat sebagian hal-hal dari luar yang dapat dikendalikan. Kemudian Dikotomi Kendali menjadi trikotomi kendali. Jika Dikotomi Kendali terdapat dua aspek yaitu hal-hal yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan, trikotomi kendali menjadi: a. Hal-hal yang bisa dikendalikan (opini, persepsi dan pertimbangan diri sendiri), b. Hal-hal yang tidak bisa dikendalikan (cuaca, opini, dan tindakan orang lain), c. Hal-hal yang sebagian bisa dikendalikan (sekolah, pekerjaan, perlombaan, hubungan dengan pasangan) dengan cara memisahkan tujuan (internal goal) dengan hasilnya (outcome-nya). Belajar untuk tidak menginginkan hal-hal yang ada diluar kendali diri sendiri berbeda dengan pasrah. Namun dengan sadar mesyukuri apa yang telah dimiliki dan mengendalikan pikiran dari khawatir akan hal-hal yang belum didapatkan yang diluar kendali.

            Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Dikotomi Kendali adalah menyadari bahwa sebagai manusia terdapat hal-hal yang berada diluar kendali diri sendiri. Sehingga mempengaruhi peristiwa-peristiwa yang dialami sehari-hari. Dengan Dikotomi Kendali masing-masing individu mampu menyadari bahwa hal-hal eksternal yang berada diluar kendali tidak sepatutnya di sesali dan dapat mengendalikan respon terhadap hal-hal tersebut. Namun, kemudian muncul trikotomi kendali yang menjelaskan bahwa terhadap hal-hal yang diluar kendali manusia yang masih dapat diubah. Yang dapat dikendalikan oleh diri sendiri seperti karir, sekolah, prestasi dll. Dengan kata lain Dikotomi Kendali memberikan pengertian bahwa sebagai manusia baiknya memiliki kontrol emosi yang baik agar dapat merespon hal-hal diluar kendali dengan bijaksana dan hidup lebih tenang. 

PENUTUP

            Komunikasi Intrapersonal jarang untuk dibahas karena terbatas hanya pada satu individu saja. Namun ternyata terdapat kompleksitas dalam pikiran suatu individu sehingga memunculkan banyak tindakan dan perilaku yang beragam. Dalam Stoikisme ternyata berkaitan dengan unsur yang ada pada komunikasi intrapersonal. Patahnya ekspektasi dapat membuat individu tersiksa, premeditatio malorum menawarkan solusi bahwa harus memikirkan prediksi terburuk agar mengurangi emosi negatif. Berbeda dengan pesimis, premeditatio malorum tidak mengajak individu untuk berpikir negatif namun mengenali hal diluar kendali sehingga bisa menerima peristiwa yang tidak sesuai ekspektasi.

            Amor fati mengajak individu untuk menerima bahkan mencintai kondisi apa adanya. Ini menjadi obat bagi individu yang memiliki ketergantungan dengan validasi orang lain. Amor Fati perlu untuk dilatih menggunkan meotde S-T-A-R. Dengan ini individu menjadi bebas tanpa terikat oleh standar yang dibuat ole publik. Dikotomi kendali merupakan salah satu upaya dalam mengendalikan persepi secara utuh. Persepsi ini dipengaruhi oleh personal sehingga manusia punya kemampuan dalam menentukan persepsi ini diluar atau didalam kendalinya. Memilah sensasi dari luar memudahkan individu untuk menyikapi setiap fenomena yang ada dengan pikiran yang dingin.

DAFTAR PUSTAKA

Ilmi, M. I. Z., & Subakti, G. E. (2023). Islam dan Filsafat Stoisisme: Kajian Buku Filosofi Teras Karya Henry Manampiring. Cakrawala: Jurnal Studi Islam, 18(1), 39–48. https://doi.org/10.31603/cakrawala.8399

KONSEP KEBAHAGIAAN DALAM BUKU FILOSOFI TERAS (Analisis Psikologi, Islam, Bimbingan Dan Konseling Pendidikan Islam). (n.d.).

Kustiawan, W., Fadillah, U., Sinaga, F. K., Hattaradzani, S., Hermawan, E., Daffa Juanda, M., Suryadi, A., Fahmi, R. R., Williem Iskandar, J., Percut, P. V, & Tuan -Medan, S. (n.d.). KOMUNIKASI INTRAPERSONAL. JOURNAL ANALYTICA ISLAMICA, 11(1), 2022.

Manampiring, H. (2018). Filosofi Teras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun