Mohon tunggu...
Rifqi18190040
Rifqi18190040 Mohon Tunggu... Jurnalis - Semua sudah ada jalannya

rickymarchell77@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pesantren Bentuk Manifestasi Karakter Bangsa

30 April 2019   04:30 Diperbarui: 30 April 2019   04:55 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perjalanan rentetan sejarah memberikan fakta terhadap pesantren yang berperan penuh dalam mencetak generasi bangsa yang produktif. Perjalanan itu memberikan dorongan betapa pentingnya dalam pembangunan bangsa.

Pendidikan karakter yang dicita-citakan bangsa akan terbaca secara luas ketika pesantren berperan penuh dalam mencetak karakter bangsa yang produktif.

Seiring perjalanan waktu yang semakin tak terbendungkan dengan banyak perkembangannya terjadi banyak hal yang diluar realitas. Kejadian -- kejadian yang diluar nalar menuntut para generasi tua menghasilkan pemuda bangsa yang produktif dengan mengembangkan pendidikan karakter untuk pemuda-pemudinya.

Problem yang dialami masa kini yakni kurangnya perhatian dari setiap orang tua kepada anaknya untuk mendidik karakter yang sesuai dengan pedoman moral. Hal itulah yang sangat tidak relevan jika orang tua tidak berperan dalam pendidikan karakter. Akan terasa percuma apabila instansi pendidikan yang mendidik dengan karkater moral  tidak didukung para orang tua untuk sama-sama mendidik secara moral.

Mencetak karakter pemuda bangsa tentulah tidak semudah yang dibayangkan. Perlu banyak pendekatan terhadap setiap anak bagaimana mereka mengembangkan karakter tersebut.

Menurut Jhon W. Santrock, character uducation adalah pendidikan yang dilakukan dengan pendekatan langsung kepada peserta didik untuk menanamkan nilai moral dan memberikan pelajaran kepada murid mengenai pengetahuan moral dalam upaya mencegah perilaku yang dilarang.
Nilai moral yang sudah semakin terkikis menjadi perhatian pemerintah dalam pembangunan bangsa untuk mencetak generasi selanjutnya yang memiliki karakter moral yang kuat.

Karakter pemuda tentulah tercipta dari sekian banyak mereka mendapatkan pendidikan karakter di instansi pendidikan dengan upaya mengimplementasikan terhadap lingkungan sekitarnya. Instansi yang sejak dini menanamkan karakter moral akan memiliki jiwa-jiwa kepemudaan yang baik.

Pembangunan bangsa untuk masa selanjutnya akan ditentukan dengan seberapa banyak pemuda berkarakter sesuai nilai moral. Tentulah keharusan bagi para pemuda untuk menyadarkan diri sendiri terhadap pembangunan bangsa.

Pemuda harus sebisa mungkin berkarakter sesuai cita-cita kebangsaan bahkan sebuah kewajiban  dalam menanamkan nilai-nilai kemoralan.

Instansi pendidikan khususnya yang berbasis pesantren  mendidik peserta didik sesuai dengan moral. Bahka menjadi nilai luhur yang tidak dapat dipisahkan.

Berkaca dari banyak kejadian yang diluar realitas. Pendidikan karakter yang berkurang nilai moralnya yakni kejujuran, dan rasa hormat. Kurangnya nilai kejujuran dari peserta didik tercipta dari hal sederhana yang menyebabkan mereka harus berbohong. 

Padahal kejadian yang sederhana seperti itu akan memberikan karakter berbohong menjadi hal yang biasa. Sehingga untuk masa selanjutnya akan mengambil alih hak-hak yang lainnya dengan melakukan ketidak jujuran. Sebagian instansi memberikan kantin kejujuran untuk peserta didik. Hal itu dilakukan dengan tujuan  mendorong pendidikan karakter jujur. 

Bahkan banyak sampel yang  bisa diambil dari ketidak jujuran di kantin sekolah yang nantinya akan membuat terbiasa peserta didik. Kejadian tersebut akan berlanjut untuk hal yang sangat banyak merugikan.

Rasa hormat terhadap yang lebih tua atau yang lebih muda perlahan-perlahan semakin terkikis. Berbeda jauh dari zaman 90 an yang begitu lekat dengan rasa hormat. Memang, penanaman moralnya lebih diutamakan dengan pengetahuan behavioris. 

Akhir-akhir ini rasa hormat itu terkadang tidak  bisa dikontrol oleh pemuda. Bahkan guru pun dijadikan bahan candaan dan cacian dengan menentang gurunya. Sangat miris bukan. Kejadian itu yang membuat pemerintah geram dan berusaha mengembalikan nilai-nilai moral dengan menerapkan pendidikan karakter secara langsung terhadap semua peserta didik.

Kejadian-kejadian diatas mengindikasikan kurangnya pendidikan karakter peserta didik. Penanaman nilai moral kebangsaan harus diseimbangkan dengan pergaulan yang semakin bebas dari peserta didik. Citra seorang pemuda sebagai kader bangsa tentu tidak terlepas dari orientasi pembangunan masa depan. Membangun tidak hanya dalam arti fisikal, kepentingan sesaat, tetapi tidak kalah pentingnya adalah membangun sikap mental dan nilai-nilai luhur yang terkandung didalam pancasila. 

Tentunya nilai-nilai kepancasilaan adalah nilai moral.
Pembangunan nilai moral peserta didik sejak dini harus diutamakan dan dijadikan utama. Untuk membentuk pemuda bangsa yang berkelanjutan dengan karakter moral.

Peran Pesantren dalam Pendidikan Karakter
Pesantren dijadikan garda terdepan dalam membentuk karakter peserta didik. Dunia pesantren dibiasakan dengan karakter yang memang sesuai karakter moral kebangsaan. Pesantren sendiri diseimbangkan dengan banyak pengetahuan moral. Peserta didik langsung mengimplementasikan dalam kehidupan lingkungannya.

Lingkungan pesantren diciptakan untuk tetap menanamkan nilai moral. Apalagi pesantren yang masih kental nilai konservatifnya.

Dunia pesantren memberikan gambaran yang cukup jelas untuk mencetak kader bangsa yang berkarakter moral. Pendidikan karakterpun lebih diutamakan daripada yang lainnya. Sehingga somboyan yang tertanam dalam dunia pesantren " lebih baik sedikit ilmu daripada sedikit akhlak". Semboyan tersebut mengajarkan tentang pendidikan moral. 

Percuma mempunyai banyak ilmu bila tidak ada akhlaknya. Bahkan semua pesantren mengajarkan tentang akhlak dan lebih mengedapankan akhlak daripada ilmu. Akhlak tercipta dari seberapa banyak mereka melihat lingkungan (pesantren) sekitarnya bukan dari banyaknya mendapat ilmu.

Peran pesantren sangatlah jelas dalam membangun karakter bangsa. Sehingga pesantren-pesantren dijadikan tempat utama dalam perkembangan peserta didik.

Kebanyakan daerah terpencil menyekolahkan anaknya di dunia pesantren. Dengan tujuan agar akhlak anaknya lebih baik daripada sebelumnya. Kepercayaan masyarakat terhadap pesantren untuk mendidik anaknya dijadikan loyalitas yang tak terbantahkan. Kepercayaan itu terjawab dari tingkah laku peserta didik (anak) dalam sosial masyarakatnya.

Pembangunan bangsa tidak lepas dari peran pesantren. Sehingga untuk mempertahankan NKRI tercipta resolusi jihad dari KH. Hasyim Asy'ari yang memang beliau berbasis pesantren.

Fakta diatas cukup jelas memperlihatkan peran pesantren dalam pembangunan bangsa. Menciptakan kader-kader yang kompeten untuk menaungi bangsa. Bahkan banyak keluaran pesantren menjadi orang pilihan dalam pemerintahan.

Korelasi pendidikan nasional bisa diselaraskan dengan dunia pesantren agar menciptakan pemuda bangsa yang berkarakter. Dunia pesantren mencetak kaum intelektual yang bermoral. Pendidikan karakter lebih banyak aktif dalam dunia pesantren. 

Pemerintah harus memberikan perhatian penuh terhadap pesantren dan pendidikan nasional bisa menyelaraskannya. Dengan begitu, pendidikan karakter bangsa akan lebih terorganisir di dunia pesantren. Sehingga intervensi pesantren dalam mendorong pendidikan karakter bangsa cukup jelas dan mempuni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun