3. Posisi Tubuh
Hal ini yang urgen dalam membaca keadaan.
4. Tangan atau Lengan
5. Mendengarkan
Proses ini menguji konselor untuk sabar, diam (ketika klien berbicara artinya mendengarkan secara bijak) dan perhatian. Perhatian ini terlihat secara jelas dalam kepedulian konselor terhadap klien.Â
Komunikasi terapeutik membaca keadaan diri sendiri dan orang lain yang terlihat dari tindakan dan kepeduliannya. Komunikasi inilah yang akan membentuk Empatik. Yakni dengan benar memposisikan diri dan strategi penyelesaiannya. Tidak semua orang memiliki Empatik akan tetapi kebanyakan mereka hanya pada batas simpatik. Seorang konselor sebisa mungkin dan harus bisa Empatik agar proses konseling berjalan lancar dengan behavior yang sangat jelas.Â
Komunikasi terapeutik sebagai manifestasi empatik dengan memberikan pelayanan yang sebaik mungkin dengan penyelesaian akhirnya yang cukup jelas dan efisien. Sikap empatik membentuk kognitif dan afektif dari klien. Itulah sebabnya konselor harus memiliki empatik.
Untuk memulai Empatik dengan komunikasi terapeutik seorang konselor harus hangat (enak diajak bicara sesuai situasi dan kondisi), berhubungan secara langsung, terbuka (tidak menutup diri dan sewenang-wenang), memahami dan kesabaran. Empatik dari konselor akan mempermudah proses pengambilan tindakan ataupun keputusan karena disini seorang klien benar-benar diposisikan dirinya. Dengan begitu seorang klien akan memberikan perlakuan yang sama terhadap konselor semuanya tergantung dari yang memegang kendali. Kunci utama terletak pada kesabaran konselor dalam memahami permasalahan yang terjadi.Â
Membaca keadaan dari klien gampang-gampang susah. Semuanya terletak pada konselor dalam memposisikan diri. Konselor dengan ekspresi dan sikap akan mempengaruhi proses interaksi anta personal.Â
Komunikasi yang dilakukan secara baik-baik akan berdampak secara baik. Kadangkala konselor menemukan klien yang begitu galak ataupun tertutup. Hal yang harus dilakukan konselor dengan  klien yang dialaminya maka harus sabar dan terbuka agar proses dari bimbingan dan konseling berjalan sebagaimana mestinya.Â
Disitulah konselor benar-benar diuji kesabarannya. Perlakuan konseling tergantung dari perlakuan konselor. Maka dari itu seorang konselor harus bisa memahami keadaan sosial ataupun psikologis dari klien agar menciptakan kondisi yang harmonis. Sikap harmonis salah satu bagian pokok dalam konselor. Dikarenakan sikap ini mampu membentuk kognitif yang nantinya akan berempatik.Â