Ketika kami sedang mengobrol, tiba tiba suara grasak-grusuk terdengar dari belakang rumahnya Pak Kades, bulu kuduk kami ikut terbangun dan hembusan angin membuat kami menggigil ketakutan. Namun kami urungkan niat ketakutan kami dengan rasa kuat penasaran. Kami mencoba mendekatkan diri untuk melihat apa yang terjadi. Sambil mengendap-endap aku melihat seseorang berjubah hitam keluar dari rumahnya sambil membopong sesuatu.
Kami berdua mengintili orang berjubah hitam ia menuju kearah Goa Jijing, takut ketahuan kami menjaga jarak untuk menjaga diri. Sesampainya di bibir Goa Jijing kami mengintip siapakah gerangan dan sedang apa ia, dengan kesaksian empat bola mata kami hal yang tak terduka ternyata penyihir itu telah berhasil menculik anak dari Pak Kades.
Penyihir itu sangat lihai dalam melaksanakan penculikan tersebut, semua bisa dikendalikan dengan baik olehnya. Kami berdua memberanikan diri memasuki bibir Goa Jijing walaupun bulu kuduk telah berdiri, keringat dingin, rasa takut akan ketahuan termenghantui fikiran kami. Cahaya bulan sedikit membantu kami memberikan cahaya redupnya untuk menyinari melalui celah-celah dinding goa.
Sial....
Kami tertangkap basah, ternyata penyihir itu sudah mengetahui kedatangan kami. Ia langsung menutup bibir goa menggunakan sihir Bla-Bla-Bla dan batu menutupi jalan keluar kami, memasang muka kemenangan penyihir itu mendekati kami.
T-Rex
Pamulang, April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H