Keesokan harinya haris berangkat jam 6 menuju lokasi perlombaan menggunakan motor, cuaca pagi ini sangat cerah. sesampainya haris melakukan pemanasan supaya otot ototnya tidak kaget. Tiba saatnya panitia memerintahkan semua peserta lomba lari untuk berkumpul di garis start untuk persiapan. Haris dan semua peserta sudah bersiap mengikuti lombanya.
Panitia mulai berhitung mundur
"Tigaaa...Duaaaa....Satuuuuu...." ucap panitia sambil mengangkat bendera catur
Haris dan semua peserta berlari dengan langkah yang panjang Ia melangkah dengan cepat tanpa melihat peserta lain, hanya fokus pada dirinya. Setelah beberapa meter Ia berlari mulailah keluar keringat didalam tubuhnya dan napasnya yang tidak teratur, tetapi Haris tidak menyerah dan masih konsiten pada kecepatannya berlari, Langkah demi langkah telah menyusuri rute berlari ia berada di posisi ke empat. Haris belum menambah kecepatan berlarinya, Haris mulai lelah keringat membasahi tubuhnya, kakinya mulai melemah, napas yang mulai pendek, tatapi ia tidak menyerah malah semakin menambah kecepatannya bagaikan citah memburu mangsa.
Haris berhasil menyalip dua orang didepannya dan mendapat juara nomor dua yang mendapatkan hadiah satu juta rupiah. Haris sudah senang bisa juara meskipun tidak juara satu setidaknya ia bisa membantu Edo untuk menebus obatnya.
Dengan rasa gembira haris jalan menuju rumah edo lalu ia meminta resep dokter yang harus ditebus. Haris pergi ke apotek terdekat untuk menebus obatnya. Setelah beberapa saat Haris datang membawa obatnya dan memberikannya kepada edo, Edo tampak terharu terhadap kepedulian haris kepadanya, Haris tampak senang bisa membantu sahabatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H