Pada Rabu, 11 Desember 2024, mahasiswa semester 3 Program Studi Manajemen Dakwah kelas A, B, C, dan D mengikuti kuliah bersama dengan tema "Dakwah dan Pengembangan Komunitas" dalam mata kuliah Filsafat Dakwah. Materi ini berfokus pada integrasi antara pengembangan masyarakat dan kegiatan dakwah, terutama dalam memanfaatkan teknologi komunikasi untuk menjangkau komunitas secara lebih luas dan efektif. Selain itu, diskusi juga membahas kategori media dakwah menurut Hamzah Yaqub serta penerapannya dalam konteks modern, dengan tujuan membantu mahasiswa memahami cara memanfaatkan berbagai jenis media untuk mendukung pengembangan komunitas yang inklusif dan berbasis nilai-nilai dakwah
Adaptasi Dakwah dalam Era Teknologi Komunikasi
Dakwah, sebagai kegiatan komunikasi keagamaan, perlu menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi komunikasi yang semakin canggih. Dakwah harus memanfaatkan media komunikasi yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik mad'u (komunikan) di era modern. Sebagai alat untuk menghubungkan masyarakat di seluruh dunia, teknologi komunikasi memengaruhi banyak aspek kehidupan, termasuk cara dakwah disampaikan.
Ketika ilmu pengetahuan dan teknologi maju, ada banyak peluang bagi dakwah untuk menggunakan berbagai media. Penggunaan teknologi modern memungkinkan penyebaran ilmu pengetahuan agama secara lebih efektif dan efisien, menjadikan dakwah relevan dengan kebutuhan zaman. Saat ini, pesan dakwah dapat disebarkan lebih cepat dan menjangkau lebih banyak orang.
Menurut Hamzah Yaqub, media dakwah termasuk dalam lima kategori: tulisan, lisan, audio, visual, dan akhlak. Namun, umumnya, media ini terbagi menjadi tiga kategori utama:
- Words Speaked, yaitu media bunyi atau ucapan yang ditangkap oleh telinga, seperti radio atau telepon.
- Printed Writing adalah media dalam bentuk tulisan, gambar, atau lukisan yang dapat dilihat oleh mata.
- Media audio visual, yaitu gambar hidup yang dapat dilihat dan didengar sekaligus, seperti televisi, film, atau video.
Media dakwah juga terbagi menjadi dua kategori berdasarkan karakteristiknya. Media tradisional, seperti wayang, ludruk, atau drama, digunakan sebagai seni pertunjukan komunikatif yang sering dipentaskan secara publik. Sementara itu, media modern seperti televisi, radio, dan media elektronik lainnya adalah hasil dari kemajuan teknologi yang memungkinkan mereka untuk mencapai audiens yang lebih luas.
Pesan keagamaan harus disampaikan dengan efektif, relevan, dan mampu menjawab tantangan zaman dengan menggunakan teknologi komunikasi ini.
Sarana Pendukung Dakwah dan Pengembangan Masyarakat
Said bin Ali Al-Qahtani mengemukakan bahwa keberhasilan dakwah didukung oleh beberapa sarana, salah satu nya yaitu sarana tidak langsung adalah persiapan yang dilakukan seorang da'i sebelum melakukan tugas dakwahnya. Persiapan ini termasuk menguasai materi dakwah, menjaga kesehatan, dan persiapan lain yang terkait. Tujuan dari persiapan ini adalah untuk memastikan bahwa da'i dapat menyampaikan dakwah dengan baik dan efektif.
Menurut Com.Dev. Handbook, pengembangan masyarakat adalah proses terencana yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam aspek sosial, ekonomi, lingkungan, dan budaya. Pengembangan masyarakat juga didefinisikan sebagai evolusi yang terjadi melalui tindakan bersama anggota masyarakat untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi secara kolektif. Namun, menurut Sudjana, pengembangan masyarakat adalah upaya terencana dan sistematis untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam berbagai aspek di wilayah tertentu.
Proses pengembangan masyarakat berfokus pada pemberdayaan individu, keluarga, dan masyarakat untuk memanfaatkan potensi, keterampilan, pengetahuan, dan sumber daya mereka saat ini. Tujuan akhirnya adalah agar masyarakat dapat secara mandiri membuat keputusan dan melakukan hal-hal yang membantu kesejahteraan mereka.
Pengembangan masyarakat dalam sejarah Indonesia juga memengaruhi perjuangan politik melawan penjajahan Belanda dan Jepang. Salah satu bagian dari gerakan ini adalah membangun partai politik, menumbuhkan rasa kebangsaan dan patriotisme, dan mendorong peningkatan pendidikan dan ekonomi bagi masyarakat pribumi. Metode ini menunjukkan bahwa pengembangan masyarakat tidak hanya berfokus pada hal-hal material; itu juga berfokus pada meningkatkan kemampuan manusia secara keseluruhan.
Untuk mengembangkan masyarakat yang berkelanjutan, perlu mempertimbangkan sumber daya manusia, lingkungan, sosial, dan budaya. Hal ini dilakukan agar masyarakat dapat menjalani kehidupan yang lebih baik, menjadi lebih mandiri, dan menjadi lebih siap untuk menghadapi tantangan masa depan.
 Kesimpulannya, untuk menghadapi tantangan zaman, dakwah harus menggunakan teknologi komunikasi kontemporer dan mengembangkan masyarakat yang terencana. Pengembangan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup melalui pemberdayaan individu, keluarga, dan komunitas, sementara dakwah dapat menyebar lebih efektif dengan menggunakan media yang relevan. Dengan menggunakan pendekatan yang holistik dalam dakwah dan pengembangan masyarakat, ada kesempatan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik, mandiri, dan berkelanjutan yang sesuai dengan persyaratan dan dinamika zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H