Keempat, etika bertauhid menekankan betapa pentingnya mengetahui tentang keesaan Allah sebagai dasar dari semua ajaran Islam. Seorang da'i tidak hanya harus meyakinkan orang-orang tentang pentingnya tauhid tetapi juga menolak segala jenis kemusyrikan. Tauhid merupakan dasar dari semua ajaran Nabi dan Rasul, dan merupakan dasar dari semua ilmu dan ajaran Ilahiyah.
Kelima, sebagai bagian dari era globalisasi saat ini, moral dakwah harus beradaptasi dengan perubahan zaman dengan mengedepankan komitmen untuk budaya yang lebih inklusif dan manusiawi. Dalam hal ini, seorang da'i diharapkan mendorong umat untuk membangun solidaritas, toleransi, dan kejujuran di masyarakat global. Dengan menerapkan etika dalam dakwah, umat Islam akan dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan peradaban yang lebih baik dan beradab.
Studi Kasus tentang Etika Dakwah dan Moralitas: Koh Dennis Lim
Koh Dennis Lim melakukan studi kasus dakwah untuk menunjukkan bagaimana seorang da'i dapat menyampaikan pesan agama sambil mempertahankan etika dan moralitas yang baik. Melalui gaya ceramahnya yang sopan, penggunaan bahasa yang ringan, dan penampilannya yang menarik bagi generasi muda, Koh Dennis Lim, seorang mualaf keturunan Tionghoa, telah mendapatkan banyak perhatian. Dia menggabungkan dakwah dengan pemasaran produk dengan sukses tanpa mengabaikan etika dalam dakwah.
Koh Dennis Lim menggunakan pendekatan persuasif yang disesuaikan dengan audiensnya untuk menyampaikan ceramahnya. Berbicara tentang "Hukum Menonton Drakor" pada 1 Juni 2022 adalah contohnya. Ia menggunakan istilah "qaulan baligha" untuk menjelaskan bagaimana menonton drama Korea, atau drakor, dapat memengaruhi iman seseorang. Dengan cara yang logis dan masuk akal, ia meminta penontonnya untuk mempertimbangkan apakah tindakan mereka membawa mereka lebih dekat kepada Allah. Pendekatan ini mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan dakwah yang relevan bagi generasi muda.
Selain itu, dalam ceramahnya pada 13 Maret 2023, "Kenapa Malas Baca Al-Qur'an?", Koh Dennis Lim menggunakan qaulan ma'rufa, atau perkataan yang baik. Dengan menyampaikan pesan yang halus dan retorika yang menarik, dia mendorong pendengarnya untuk memperbanyak membaca Al-Qur'an. Kekuatan etika dakwahnya termasuk memilih diksi yang tidak menyinggung perasaan pendengar, yang membuat ceramahnya mudah diterima dan diikuti oleh khalayak luas.
Koh Dennis Lim menggunakan qaulan layyina (perkataan yang lembut) dalam ceramahnya yang lain, "Yang Masih Maen Judi Online, Masuk Sini!" pada tanggal yang sama, meskipun dia membahas topik sensitif seperti perjudian. Meskipun pesannya jelas, ia tetap ramah dan memberikan nasihat dengan cara yang tidak menghakimi, membuatnya lebih mudah diterima oleh audiens.
Untuk menyimpulkan, etika dakwah dan moralitas yang diterapkan saat menyebarkan ajaran Islam sangat penting untuk mencapai efek yang menguntungkan baik secara moral maupun sosial. Dalam studi kasus dakwah yang dilakukan oleh Koh Dennis Lim, jelas bahwa da'i yang berperilaku etis, seperti menggunakan bahasa yang baik, sopan, dan relevan, dapat menyampaikan pesan agama dengan lebih efektif kepada generasi muda. Pendekatan persuasif yang didasarkan pada konsep qaulan baligha, qaulan ma'rufa, dan qaulan layyina memperkuat dakwah yang mendorong keimanan dan membangun suasana yang penuh penghormatan, keikhlasan, dan tanggung jawab sosial. Dengan mempertahankan nilai-nilai etika dakwah, Koh Dennis Lim dapat menyeimbangkan penyampaian pesan agama dengan cara yang dapat diterima oleh masyarakat luas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H