Mohon tunggu...
Rifki Pratama
Rifki Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Terkadang saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menganalisis Teologi Islam dengan Kajian Pembahasan Konsep Pemikiran Asy'ariah

1 Oktober 2024   23:27 Diperbarui: 1 Oktober 2024   23:27 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Republika.id

Apa sih yang kalian ketahui tentang asy'ariah itu sendiri? 

Baik dalam artikel ini saya akan menjelaskan apa itu asy'ariah dan apa saja pemikiran - pemikiran yang ada di dalamnya.

Kita mulai dengan membahasa sedikit sejarah tentang Asy'ariah itu sendiri.

Di mulai dari gambar di atas,beliau adalah Abu Hasan Al - Asy'ari. Beliau adalah pendiri sekaligus penggagas asy'ariah. Asy'ariah itu sendiri di dirikan bukan tanpa sebab,kenapa asy'ariah itu di dirikan? Dengan alasan dan tujuan untuk menanggapi reaksi dari Mu'tazilah. Yang mana Mu'tazilah itu sendiri adalah sebuah kelompok yang sangat mementingkan atau mendahulukan akal pikiran ( rasionalitas),mereka juga sangat kritis,tidak hanya terhadap hadits Nabi tetapi juga dengan cara penafsiran Al-Qur'an dan di tambah kritis juga terhadap pengaruh ajaran filsafat Yunani. Maka sejak saat itu tercetuslah ide atau pemikiran dari Abuya Hasan Al - Asy'ari untuk mendirikan Asy'ariah. Sehingga pada tahun 260 - 324 H atau pada akhir abad ke 3 dan awal abad ke 4 H berdirilah Asy'ariah. Asy'ariah itu sendiri mengambil dasar keyakinan dari beberapa ulama - ulama salaf salah satunya Abu Musa Al Asy'ari.

Kemudian asy'ariah perlahan - lahan mulai berkembang, asy'ariah itu sendiri mulai berkembangnya di wilayah Irak. Setelah di Irak asy'ariah semakin berkembang pesat lagi hingga ke wilayah Mesir. Yang pada saat itu Mesir berada di bawah pemerintahan dinasti Ayyubiyah yang mana di pimpin oleh rajanya yang bernama Salahuddin Yusuf Al ayyubi. Setalah berkembang pesat di wilayah Mesir,sekitar abad ke 11 - 14 Asy'ariah semakin berkembang lagi hingga masuk ke wilayah Turki yang di mana pada saat itu di bawah pemerintahan dinasti seljuk yang pada saat itu di pimpin oleh sultan Alp Arslan,beliau merupakan Sultan Kedua Turki Seljuk yang memerintah dari tahun 1063 - 1072. Sultan Alp Arslan dan Perdana menterinya sangat mendukung asy'ariah ini. Sehingga pada saat itu Asy'ariah itu sendiri lebih di kembangkan lagi melalui lembaga pendidikan yang di beri nama " MADRASAH NIZAMIYAH" yang dimana nama lembaga pendidikan tersebut di ambil dari nama perdana menterinya yang bernama Nizam Al Mulk. 

Sumber gambar: terjemah Kitab Kuning 
Sumber gambar: terjemah Kitab Kuning 

Pada saat dimana Asy'ariah mulai berkembang pesat,ternyata ada salah satu tokoh pada zaman tersebut yang termasuk pengikut asy'ariah juga. Beliau terkenal dengan karya - karyanya yang di dalam karyanya tersebut berkaitan dengan Teologi. Beliau sangat terkenal pada saat itu,beliau adalah Abu Hamid Al Ghazali atau yang sampai sekarang di kenal dengan Imam Al - Ghazali. Banyak sekali karya - karyanya beliau yang sampai sekarang masih di jadikan bahan kajian di pondok - pondok pesantren. Salah satu karyanya beliau yang terkenal sampai saat ini adalah kitab Ihya' Ulumuddin.

Abu Hasan Al Asy'ari dalam menyikapi masalah keyakinan terhadap sifat-sifat Allah awalnya sependapat dengan salah satu ulama teologi sunni. Kemudian beliau Abu Hasan Al Asy'ari berpindah keyakinan sebanyak dua kali sepanjang hidupnya. Selanjutnya ulama asy'ariah dan salah satu toko ulama yang lain mulai menggali atau mencari makna yang samar terhadap sifat Allah dan menggunakan prinsip Ushul akidah asy'ariah ke dalam madzhabnya. Abu Hasan Al Asy'ari sendiri menyarankan agar dalam penafsiran Al-Qur'an lebih merujuk kepada penjelasan Rasulullah dan penafsiran yang mutawatir atau di turunkan di kalangan para sahabat Nabi.

Dalam konteks pembahasan ini asy'ariah ini sendiri menggunakan metodologi yang di sandarkan kepada Al Qur'an dan hadits. Selain itu juga asy'ariah menggunakan pemikiran rasional atau menggunakan logika yang dimana di gunakan untuk menyusun sebuah kebenaran, melainkan untuk memberikan penjelasan atas sesuatu dengan dasar kebenaran. 

Di dalam konteks Asy'ariah ini sendiri terdapat pemikiran - pemikiran yang penting untuk di ketahui. Pemikiran - pemikiran tersebut kemudian di jabarkan sebagai berikut:

1. Tuhan dan sifat - sifatnya 

Asy'ariah sendiri memiliki pendapat tentang konteks pemikiran ini yang di mana pendapatnya menyatakan bahwa Tuhan itu mengetahui,memiliki pengetahuan,dapat menghendaki sesuatu,berkuasa,memiliki kemauan dan memiliki daya.

2. Kebebasan dalam berkehendak 

Dalam perihal ini asy'ariah mengemukakan pendapat bahwa Allah yang menciptakan manusia. Dan hanya Allah lah yang mampu menciptakan dan menghendaki segala sesuatu termasuk keinginan dari manusia itu sendiri.

3. Akal, Wahyu dan kriteria baik dan buruk

Dalam pembahasan ini asy'ariah lebih mengutamakan Wahyu, ketimbang Mu'tazilah yang lebih mengutamakan akal. Sehingga asy'ariah memiliki pendapat bahwa baik dan buruknya sesuatu itu harus berdasarkan Wahyu. Dalam konteks ini Wahyu sendiri memiliki arti sumber informasi yang mutlak.

4. Kadimnya Al Qur'an 

Banyak pandangan - pandangan yang berselisih pendapat tentang konteks pembahasan ini. Tetapi asy'ariah ini sendiri menjadi penengah atau pendamai di antara kedua pendapat yang berselisih tersebut. Dengan demikian, asy'ariah berpendapat bahwa walaupun Al-Qur'an terdiri dari kata - kata,huruf dan bunyi,hal - hal itu tidak melekat pada hakikatnya Allah,sehingga tidak di katakan sebagai kadim. Kadim di sini berarti terdahulu. Sebagaimana di jelaskan pada surat QS. An -Nahl ayat : 40, yang terjemahannya berbunyi  "Sesungguhnya firman kami terhadap sesuatu apabila kami menghendaki-nya,kami hanya mengatakan kepadanya, "jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu."

5. Melihat Allah 

Dalam pembahasan konteks ini sendiri asy'ariah memiliki keyakinan bahwa Allah itu dapat di lihat di akhirat,namun tidak dapat di gambarkan bagaimana wujudnya. Ada kemungkinan besar kita bisa melihat Allah,tapi dengan ijin Allah jika Allah sendiri yang menghendakinya.

6. Keadilan

Untuk perihal ini asy'ariah dan Mu'tazilah sependapat dan sepakat meyakini bahwa Allah itu adil. Tetapi dalam konteks lebih dalam lagi asy'ariah mengemukakan pendapat sendiri bahwa Allah tidak memiliki keharusan apapun karena Allah merupakan penguasa mutlak dan Pasti.

7. Kedudukan orang berdosa 

Dalam hal ini mengingat kembali kepada konteks kenyataannya bahwa iman merupakan lawan dari kufur. Maka dari itu asy'ariah berpendapat bahwa mukmin yang berbuat dosa besar termasuk mukmin yang fasik,kenapa di katakan seperti itu? Dikarenakan iman tidak akan mungkin hilang karena dosa selain kufur. Kufur disini memiliki arti sifat yang ingkar atau sifat yang tidak punya rasa bersyukur sama sekali atas segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita.

Dapat di simpulkan bahwa asy'ariah adalah gagasan atau ide yang di cetuskan oleh Abu Hasan Al Asy'ari yang dimana tujuannya asy'ariah itu sendiri untuk menanggapi reaksi dari Mu'tazilah sebagaimana yang telah di jelaskan di atas. Dan metodologi yang di gunakan selalu bersandarkan kepada Al Qur'an dan hadits di tambah juga menggunakan pemikiran yang rasional dimana pemikiran tersebut bukan untuk menyusun sebuah kebenaran, melainkan untuk menjelaskan suatu hal atas dasar kebenaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun