Mohon tunggu...
Rifki Ferdiansyah
Rifki Ferdiansyah Mohon Tunggu... Guru - bukan umar bakri

Teaching, Cycling, Browsing

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sebuah Kado...

8 Agustus 2012   14:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:05 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Beberapa waktu yang lalu ngobrol ngalor-ngidul ama teman. Banyak topik pembicaraan yang silih berganti, hingga jadi abstrak obrolan kami. Sampai pada topik per-kado-an segala; yang buat aku ingat ingat ama murid-murid imut ku di sekolah  :D *punya mental dan dedikasi seorang guru yang teladan kan aku...selalu ingat akan muridnya v^.^

[skip ott nyah]

Waktu pengumuman kenaikan kelas, beberapa guru dengan suka rela memberi hadiah pada para juara kelas. Meski pun sebenarnya dari sekolah sudah ada hadiah yang adalah...

BUKU TULIS

*jenis hadiah yang kepopulerannya masih bertahan sedari ane sekolah SD dulu :hammer: hehe

alasannya:

Hal tersebut terjadi karena di RAB sekolah tidak ada anggaran untuk hadiah. Bila dibuat-buat sendiri, akan dianggap penyelewengan. Sementara, 'buku tulis' adalah barang yang tersedia banyak sebagai sarana penunjang kerja administrasi sekolah...


Dan aku pun, sebagai guru muda yang keren, baik, benar, dan tidak sombong *walau ada juga murid yang bilang kalo aku jahat *whaaat? ayo ngaku siapa yang bilang :mad*  aku pun berkeinginan untuk memberi hadiah pada juara kelas.

Setelah berpikir-pikir...apa yaaah kado yang asyik buat diberikan ke anak-anak itu :thinks: yang murah meriah dan ga butuh waktu buat menyiapkannya *ga niat neh  hehehe :)*

[skip..skip...]

Sehari setelah terima rapor, peringkat sepuluh besar datang ke sekolah. Mereka mengikuti tes seleksi untuk masuk ke kelas unggulan. Dan meski bukan panitia, aku sempatin datang ke sekolah

*bukan disempatin sih, aku mesti menghadap wakepsek untuk menyelesaikan laporan kegiatan perpisahan yang udah dari lama ditagihnya :hammer:

Usai tes, anak-anak itu datang menghadap ane dengan beragam celoteh...

murid1: "lagi happy happy nih pak.." *senyum dan nyalaminku

aku : "lagi happy happy? asyik donk"

murid1: "iya..happy pak. tapi masih ga percaya saya ranking 2 pak...hehehe"

aku : "oh kamu ga mau..ya udah bapak turunin ranking kamu"

murid1 : "eeeee ma lo bisa gitu pak" (mana bisa gitu pak)

aku : "baa lo kok dak bisa" (kenapa ga bisa)

murid1 : "dak ni yo do" (ga mau ah)


Lalu murid 2 ikut nimbrung..

murid2 : "kenapa pak?"

aku : "ini si ****** ga mau jadi juara 2"

murid1 : "eeeee dak ado do...dak ado awak ngecek saroman itu do" (ga ada. ga ada saya bilang kayak gitu tadi)

muridku 2 : "iya ****?" *bertanya ke murid 1

aku : "lalu apa yang kamu bilang"

muridku 1 : "Saya bilang, saya masih ga percaya dapat ranking 2 pak. Masih serasa mimpi."

aku : "oo gitu...oh ya, karena kalian lagi happy happy. traktir bapak yak" *ucapan keluar langsung, polos, dengan wajah imut nan innocent karena mental gratisanku muncul  :D

Semua murid yang berkumpul.. "eeeeeee...dak ni yo do"

aku :  "kalian traktir gurunya aja ga mau"

murid2 : "kok kami traktir bapak"

murid3 : "iya pak. kami kan masih anak sekolah"

murid4 : "iya...kami ga ada uang,"

aku : "masa kalian ga ada uang. emang kalian ga ada tabungan" *ngotot minta traktiran  hehehe

murid2 : "ada pak. tapi itu kan buat beli sesuatu"

aku : "pakai aja buat traktir bapak dulu. nanti nabung lagi" *masih pantang menyerah ngerayu..ato lebih tepatnya maksa buat ditraktir

murid2 : "o ga bisa. eh, yang traktir itu bapak donk. bapak kan udah kerja"

murid1: "benar itu"

murid lainnya : *angguk-angguk sepakat

aku : *masang tampang jutek* "ga sopan banget. masa murid minta traktir sama gurunya!"

murid3 : "eh biaso se tu nyo pak" (biasa aja itu pak)

aku : "apanya yang biasa.yang biasa itu murid yang traktir gurunya"

murid3 : "kami kan udah dapat peringkat kelas pak"

aku : "hubungannya?"

murid2 : "jadi bapak traktir kami buat hadiah. naah, besok waktu ngumpul bersama, bapak harus siapin uang yang banyak buat traktir kami se-lokal"

aku :*tampang jutek tingkat nasional


Intro...sembari ngobrol masalah traktir mentraktir. Seorang murid lain datang menghampiri aku gan...

murid5 : *dengan lugu "pak, awak baa kok ranking 10 pak?" (pak, kenapa saya ranking 10?)

aku : *tampang jutek tingkat nasional plus wajah heran

murid5 : "apak ko, mentang-mentang awak ketek, apak agiah awak urutan terakhir" (bapak ini, mentang-mentang saya kecil, bapak letakkan saya diperingkat terakhir) *masih dengan nada lugu + polos + wajah innocent

aku dan murid yang lain : *ngakak guling-guling...eh ga dink, ga sampai guling juga sih

murid5 : *menatap aku dengan wajah lugu + polos + innocent

Deskripsi murid5 : bertubuh mungil, imut-imut, pendek, dan tampangnya masih tampak anak-anak banget. Kalo pake baju bebas,lebih mirip anak kelas 3 SD.


[skip...]

Datang wakepsek.

aku : "ini buk. anak-anak ini minta ditraktir"

wakepsek : "hah, kok gitu. kalian lah yang harus traktir guru. kalian kan udah dididik dan diajar sama guru, harusnya kalian berterimakasih"

murid2 : *ini anak yang paling ceriwis "ya kan ga apa-apa buk. apalagi kami dapat juara"

wakepsek : "ga bisa kayak gitu"

murid2 : "bisa aja lah buk. pak Mister, cepatlah pak traktir pak"

dan koor murid-muridku ngerengek pun mulai  : "iya pak...ayo pak traktir pak"

wakepsek : *ketawa-tawa

aku :*kembali dengan wajah jutek


[skip lagi...

skip lagi...

skip sekali lagi.....

uhhhmmm....

skip lagi deh....

v^.^ ]

Akhirnya, aku pergi ke minimarket. Anak-anak sepuluh besar di kelas aku pada ikut. Tiba di minimarket depan sekolah,

aku :*berceramah singkat depan pintu minimarket* "karena kalian dapat peringkat sepuluh besar dan ga ada bikin ulah selama kelas satu, bapak traktir kalian belanja semau kalian. terserah apa yang kalian mau beli, tapi masing-masing boleh belanja sampai harga 10 ribu"

murid3 : "semuanya 10 ribu atau seorang 10 ribu pak?"

aku : "masing-masing kalian boleh belanjak maksimal 10 ribu"

murid-murid : "yeeee" *langsung masuk minimarket berburu belanjaan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun