Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Horor Macet Nataru dan Si Ayah yang Gak Seru

25 Desember 2022   05:11 Diperbarui: 25 Desember 2022   06:23 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Macetan Jalan Layang Cikampek, 24 Des 2022, 08.30 | dokpri

Teman-teman anak muda makin yakin tentang maksud si Ayah. Si Ayah menolak karena ya lebih suka dan lagi pengen denger Nadia Omara saja.

"Ini aja Yah. Ibu suka denger. Misteri-misteri di gunung-gunung gitu", kata si Ade memberi tawaran lain.

Makin jelas kan maksud "horor" di sini?

"Iya sih. Cuman kan Ayah suka naik gunung. Kalo nanti denger itu, naek gunung jadi takut", jawab si Ayah tidak menutupi kalau seorang cowok pun memiliki rasa takut. Dia inget cerita misteri Gunung Semeru baru didengar ketika sudah turun dan nyampe beskem. Kalau denger cerita sebelum naik, bisa-bisa ketakutan selama di Rakum dan Kalimati, secara si Ayah ngerasakan sesuatu.

Akhirnya si Ade muterin youtube Nadia Omara sambil nyeletuk "Ayah itu kalau udah suka, terus aja ngomong nama itu".

Nah. Inilah horor yang dimaksud. Horor saat kemacetan. Mendengarkan cerita horor saat macet.

Iya. Bagi si Ayah, Nadia Omara itu pinter membawakan cerita horor atau misteri. Ingat sekali pertama kali mendengarkan youtube dia itu ya itu saat macet di jalan tol yang sama. Cikampek. Saat itu si Ade menyalakan speaker hape, jadi si Ayah bisa denger. Dan terus terang si Ayah terbawa suasana, sehingga lupa dengan kemacetan. Ya, fokus si Ayah teralihkan. Emosi marah, kesal dan aura negatif lainnya jadi berbelok diantar telinga mendengarkan ceriwis dia bercerita. Entahlah, dari awal sudah enak didengar gitu. Gaya ceritanya itu mengalir sekali. Tentu, meski dia punya script, tapi dia tidak membaca, tetapi BERCERITA.

Udah gitu, dia tuh gak kaku. Luwes sekali. Kalo dia melakukan kesalahan ucap atau mengucapkan kata yang sama berkali-kali, dia belokkan itu menjadi suatu hal yang lucu. Jadinya alami gitu. Dia seperti bercerita kepada diri kita langsung. Apalagi panggilan khas dia terhadap para pendengar: "wa". Engaged gitu. Entaahlah maksudnya apa. Diserahin kepada yang mendengarnya. Si Ayah mah menganggap itu sebagai panggilan "Uwa", seperti yang teman-teman Ayah panggil - waaji. Hahaha.

Dan tadi si Ayah dengar beberapa cerita. Tentang misteri di pesantren. Misteri di Wastukancana. Dan misteri pramugari.  Seruuuuu.

Tapiiiiii......

********

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun