Pertanyaan lain pun sungguh membuat penasaran dan menunggu jawaban. "Adakah kata terlambat dalam menggapai mimpi?"
Kang Ju mengemukakan bahwa siapa pun, kapan pun bisa bermimpi. Mimpi itu tidak tergantung jabatan tertentu. Tetaplah bermimi. Karena, ujung-ujungnya bukanlah apa yang dicapai, melainkan proses, termasuk sebuah kegagalan. Karena kalau kita bisa menikmati proses menggapai mimpi itu, maka mimpi kita telah tercapai, karena tonggak-tonggak mimpi itu hanyalah materialistik.
"Tahan bantinglah. Gigih. Keras kepala kalau perlu. Never give up. Fight. You can do it".
Kang Juhaeri juga sedikit memberi pendapat tentang generasi muda Indonesia. Menurut beliau, anak-anak muda kita itu cerdas-cerdas. Bagus dalam nature, tapi berbeda dalam nurture. Potensinya besar. Tinggal menyalurkannya.Â
"Tantangan utama generasi muda adalah mind set mereka terlalu materialistik", begitu kata beliau. Termasuk dalam hal menghadapi pandemi ini, Kang Ju sekilas mengambil kutipan Winston Churchill: "Don't let a good crisis go to waste" - jangan menyia-nyiakan kesempatan yang datang bersama krisis. Gunakanlah kegagalan itu untuk maju. Ini adalah kesempatan.
Dalam bagian akhir launching itu, Kang Juhaeri mengemukakan mimpinya sekarang. Mimpi yang lebih karena altruistic reason. Joy of giving. Menolong orang, membantu sebisanya, tanpa pandang bulu, kecil atau besar. Pulang balik ke Indonesia, tinggal di desa kecil, punya sawah, mengajar di tajug (surau) kecil seperti yang dilakukan ayahnya.
"It is time to stop dreaming for me" katanya. Stop dreaming di sini dalam artian materialistik. Seperti yang diceritakan dalam pembukaan memoir itu, dalam bagian Le Precope, ketika beliau makan malam mewah, haute cuisine di Paris, Perancis, yang dia rindukan adalah sop kambing sederhana buatan almh ibunya.
"Saya bermimpi tentang kesederhanaan, back to a simple way. Memancing. Memasak untuk anak.".
Sebuah buku yang mengasyikan untuk dibaca. Sebuah memoir, bukan tentang seorang Prof Juhaeri Muchtar. Bukan tentang sebuah keberhasilan, atau kemiskinan. Tetapi buku sebagai sebuah motivasi, terutama buat mereka yang berasal dari kalangan kurang mampu, untuk tetap bermimpi. Karena THE BEST POWER IS YOUR DREAM.