Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Statistics of Dream: Kekuatan Terbaik Itu adalah Mimpi

27 Januari 2021   06:12 Diperbarui: 27 Januari 2021   06:37 2567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The best power is your dream | dokpri

Membantu orang tuanya yang hanya buruh pabrik genteng, Kang Ju dengan mengesampingkan rasa malu yang tentunya ada, lalu membantu mereka dengan mengetok pintu tetangga-tetangganya untuk menawarkan udang-udang kecil yang dia tangkap di sungai. 

Ketika orang tuanya lalu mencoba berjualan makanan, Kang Ju kecil terpaksa bangun larut malam untuk bersama orang tuanya berjalan ke tempat mereka berjualan, membantu mereka sebisanya, lalu tidur di lahan terbuka tempat mereka berjualan sebelum bangun paginya untuk bersekolah.

"Itu dua hal paling menyedihkan saat kecil. Hidup di gubuk sangat kecil dan bangun malam untuk membantu orang tua", demikian ceritanya dalam pembukaan acara launching.

Tapi kemisikinan tidak menghalangi Juhaeri kecil untuk selalu PENASARAN. Keinginan tahu dia begitu besar. Dan itu melahirkan sebuah sifat -- yang nantinya akan bermanfaat dalam hidupnya: KUTU BUKU.

"Saya baca buku apa saja. Koran bekas. Buku cerita di perpustakaan. Apa saja. Dan saya suka sekali mendengarkan cerita-cerita Bapak sama Ibu -- tentang dongeng wayang, atau mendengarkan radio", begitu kata Kang Ju. Juga bagaimana sang Ibu -- yang lebih berpendidikan dibanding sang Bapak -- mengajarkan tulis baca sebelum Juhaeri kecil masuk SD. Cerita yang dia uraikan secara megalir dalam memoirnya.

Flyer launching Buku Statistics of Dreams | dok. instagram @ruangtengah.kita
Flyer launching Buku Statistics of Dreams | dok. instagram @ruangtengah.kita

Sifat penasaran dan gemar membaca buku mengantarkan Kang Ju untuk berkhayal. Buku Huckleberry Finn sudah cukup melayangkan imajinasi. Siaran Radio yang menceritakan kehidupan di negara yang disebut Amerika, melambungkan angan ke sebuah negara antah berantah itu. Persepsi dunia pun terbentuk di kepalanya. Dan semua itu mengantarkan dia kepada mimpi pertama: mimpi masuk SMP. Iya, dengan keterbatasan materi, masuk ke jenjang sesudah SD itu adalah sebuah mimpi. Mengandalkan nafkah orang tuanya, bisa dipastikan dia tidak bisa masuk SMP. Untuk itulah dia bermimpi, bagaimana caranya agar dia bisa masuk SMP. 

Dengan ketiadaan beasiswa saat itu -- hanya ada beasiswa Supersemar yang tidak dia kenal, maka satu-satunya jalan adalah dia harus berprestasi. Dan ketika dia menang sebuah Kontes Pelajar Teladan di SD, itulah titik tolah dia untuk maju. Dengan hadiah yang diterima, dia bisa sedikit menghidupi biaya sekolah dan melanjutkan ke SMP.

"Mimpi itu adalah sebuah proses. Seperti sebuah avalanche -- longsor salju, makin lama makin besar. Satu mimpi terpenuhi, maka dengan observasi, akan muncul mimpi lebih besar", begitu penjelasannya di depan sekitar 70 orang yang menghadiri launching virtual itu.

Dengan mimpi yang membesar, Kang Ju berusaha keras menjadi the best di sekolahnya. Usaha yang membuahkan hasil sebagai pelajar teladan menghantarkan pencapaian mimpi lebih mudah. Dia masuk SMA yang termasuk favorit. Dan masuk salah satu perguruan tinggi terbaik saat itu.

"Mimpi itu jangan tanggung. Saya bermimpi pergi ke Amerika. Saya ingin membuktikan diri bahwa I can do more. I want to fight with the best in the world", ujarnya. "Untuk mencapai itu, I have to compete". Bahkan dengan tekad seperti itu pula, saat proses menyelesaikan studi di IPB meminta topik yang paling sulit. "Saya kesepian kalo tidak tertantang".  Akhirnya, dia mendapatkan topik yang sulit yang biasanya tidak diberikan kepada mahasiswa sebelum level post-doktoral.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun