Gambar sebuah kue di layar tertangkap mata. Bentuknya seperti mangkok kecil. Warnanya didominasi kuning beragam nuansa. Kulit kue mangkuk nya kuning matang kecoklatan. Permukaannya tidak terlalu halus, ada seperti menggelembung dan terlihat sedikit remahan jatuh dari sisinya yang rapuh. Dorongan ingin segera memegangnya muncul. Apalagi jika melihat di bagian tengahnya. Kuning bersih tapi diselingin bercak hitam matang. Ada kilauan terlihat dari permukaannya. Teksturnya membuat gereget. Apalagi sedikit terlihat asap putih yang membuat rasa hangat muncul. Hangat untuk segera mengangkatnya hangat-hangat dan memasukkannya ke mulut yang sudah turun air liurnya.
Beneran. Melihat foto Macao Egg Tart yang ngecessable itu memang membuat geremet. Pengennya segera ambil dan ... ah sudahlah. Lezat. Yummy
Itulah hasil dari sebuah kerja seorang food Photographer. Yap, membuat sebuah foto berbicara lebih dari sebuah teknis foto. Tetapi berbicara tentang RASA. Rasa yang muncul dari semua indera. Rasa dari indera penglihatan, indera peraba, indera perasa dan rasa di hati. Rasa yang memunculkan hasrat yang dibuktikan oleh munculnya keinginan segera memakan kue dalam foto itu dan mengalirnya air liur.
Bukankah sering kita melihat taburan foto-foto makanan di facebook atau media sosial? Bukankah sekarang berfoto menjadi rutinitas pertama mengalahkan berdoa ketika makanan sudah tersaji. Tetapi....bukankah sering kita melihat foto-foto tersebut hanya sebagai sebuah foto, meskipun foto yang terpampang adalah foto Macao Egg Tart yang sama lezatnya.
Dan... di acara "Taste of Macao" dinner yang diselenggarakan oleh Macao Government Tourism Office Indonesia bekerja sama dengan Kompasiana inilah saya belajar mengolah rasa lewat mata. Langsung dari praktisinya
Story telling through photograph
Ruby mengawali paparan dengan bercerita transformasinya dari mulai blogger curhatan di tahun 2009, bergeser fokus blogger makanan sesuai passionnya dan lalu menjadi food Photographer. Beliau menekankan bahwa semua orang bisa belajar fotografi. Meski tidak bisa dipungkiri mereka yang memiliki "mata seni" akan lebih mudah dan cepat mempelajarinya.
Dengan topik "Story telling through photograph" , Ruby membawakan paparannya pun dengan gaya story telling yang mengasyikan.
Ruby menekankan jika foto itu harus bercerita."Tampilkan RASA dalam setiap food photography", begitu kata Ruby. Rasa ya melingkupi berbagai macan, pendengaran, penciuman, pengihatan dan pencecapan bahkan emosi.
8 Tips menghasilkan foto yang memiliki rasa
Most important is the person behind the camera.
Dan inilah 8 tips yang Ruby kemukakan.
Tips #1: Berteman dengan jendela. Cahaya yang baik adalah cahaya natural. Sinar matahari yang jatuh ke makanan akan memberikan rasa yang lebih berwarna dan menjadikan makanan lebih enak untuk dilihat.
Tips #2: Cahaya dari KKB (Kiri Kanan Belakang). Arah datangnya cahaya menentukan kualitas foto. Foto lah dari kiri, kanan dan belakang obyek yang akan difoto.
Tips #3: Lebih baik agak gelap dibanding terlalu terang. Karena dengan gelap, masih bisa diedit dan diterangin dengan tidak mengurangi kejelasan obyek. Tidak demikian hika gambar terlalu terang. Dia mencontohnya dengan warna kuning. Dengan cahaya agak gelap, warna kuning masih bisa terlihat jika gambar diedit diterangin dikit. Sementara jika cahaya terlalu terang, warna kuning akan berubah menjadi putih. Dan itu akan sulit diedit kembali menjadi warna asli.
Tips5: Beri nafas foto. Jangan menaruh terlalu banyak obyek dalam satu foto. Beri ruang-ruang kosong agak foto "bernafas" dan lebih fokus ke obyek
Tips #6: Pilih sudut pengambilan gambar terbaik. Angle terbaik itu akan tergantung dengan makanan yang menjadi obyek. Seperti halnya selfie, di mana setiap orang akan memiliki sudut pengambilan selfie terbaik - yang memperlihatkan dirinya ganteng / cantik dan tidak gendut, demikian pula dengan foto makanan. Sering-sering saja mencoba mengambil foto dengan berbagai sudut pengambilan. Dan rasakan rasa hasilnya. Rasa yang dihasilkan pun bisa didapatkan dengan memperhatikan tiga hal: warna, tekstur dan volume.
TIps #7: Shoot your lunch, eat your dinner. Maksudnya adalah jika cahaya yang dibutuhkan tidak muncul, ya sudah jangan paksakan. Makan saja. Gak perlu mengambil foto makanan.
Tips #8: Close-up in saja. Kalau sudah diutak-atik tidak menemukan sudut pengambilan yang bagus ya sudah dibuat close up saja.
Walk the talk
Jempol deh Mas RUby.
"Taste of Macao" dinner. Acara MGTO dan Kompasiana ini amat sangat bermanfaat untuk lebih mengenal Macao dan mengenal gastronomy serta pelengkapnya.
Bravo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H