Dalam cicipan pertama saja, rasa minchi sudah kentara. Kaya. Tidak terlalu tajam seperti rendang, tapi seperti ada rasa yang beragam. Manis-asam, seperti kuliner Cina, dan ada hangat-hangatnya yang muncul dari cengkih. Tekstur daging cincangnya juga terasa. Cocok di lidah Asia.
Dari Minchi, kita jadi bisa lebih jauh melihat bahwa Macao itu beragam budaya yang mempengaruhinya, terutama China dan bahkan Melayu.
African Chicken - Â ketika rasa Afrika bertemu lidah Asia
![Ini nih yang ditunggu. Galinha Africana atau African Chicken, kuliner famousnya Macao, dengan garnis yang krispi dan manstap. Taste Asia-nya Ok. ....| Foto: Rifki Feriandi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/07/21/img-20180714-194447-5b5283145e137331980288d2.jpg?t=o&v=555)
Biasa disajikan dengan nasi putih dan bumbu dalam bentuk kuah, kali ini sajian dilengkapi dengan kentang bakar serta bumbu yang agak mirip dengan bumbu pecel kuliner Indonesia. Galinha a Africana disempurnakan dengan garnish yang indah dan crispy serta rasa yang sangat pas. Nendang banget.
Yummmy. Pengaruh Eropa, Portugis dan Afrika ternyata bisa dilihat dari makanan ya. Ya ini, African Chicken.
Macanese Codfish - rasa asinnya lezat
![Macanese Codfish, ketika ikan asin menjadi begitu elegan | Foto: RIfki Feriandi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/07/21/img-20180714-203743-5b5282235a676f1c3f548cb6.jpg?t=o&v=555)
Dalam acara Taste of Macao, Chef Ragil menyajikan Macanese Codfish dengan sangat elegan. Jika biasanya ikan disajikan dengan disuwir, beliau menyajikan potongan utuh kecil dengan bola-bola kentang kecil yang lalu disiram kuah putih. Kontras dengan piring saji berwarna gelap.
Kok saya merasakan adanya sentuhan Eropa di sepiring ikan asin. Hmm... indah di mata, lezat di mulut
Lacassa Soup - pembuka selera