"Hah. Gak salah tuh?"
"Apaan sih Ayah, Ria Ricis tuh gak mutu. Gak ada pendidikannya."
Dua tanya di atas muncul dari ketika si Ibu mengeluh jika si Ade nonton youtube Ria RIcis. Pertanyaan pertama muncul dari saya sendiri. Pertanyaan kedua muncul dari si Kakak. Kekagetan seperti itu juga muncul ketika kemarin si Ade ditanya tentang siapa artis yang ingin dia temui.
"Ade pengen ketemu Ria Ricis," jawab si Ade agak ragu.
Pantas ragu sih, dia kan tidak begitu mengenal banyak artis. Dia tidak begitu suka nonton teve. Paling acara Sule dan Andre serta program yang si Ayah-Ibu juga tonton, macam My Trip My Adventure. Jadi saat dia nonton program yang bukan teve, seperti dari Youtube, dia mengikuti apa yang seru yang dilihat teman-temannya. Biasa kan anak-anak kecil juga suka bercerita tentang keseruan masing-masing.
Dari sinilah Si Ade mengenal RIa Ricis. Figur dengan akun Youtube-nya yang disukai banyak anak-anak kecil. Bahasan utamanya apalagi selain hal remeh temeh yang sangat dekat dengan anak-anak: mainan. Dalam hal ini mainan generasi sekarang yang bernama squishy.
"Loh, tidak dilarang?"
Awalnya si Ayah mau melarangnya. Iya sih, ada beberapa berita yang menyatakan jika channel Ria RIcis ini tidak mendidik. Rame juga di instagramnya. Beberapa yang menghujat menyatakan bahwa channel dia itu sampah, tetapi anehnya dia (atau mereka) justru mengemukakan pendapatnya itu dengan sumpah serapah, termasuk kata-kata yang kasar menggunakan nama binatang.
Namun, sebaliknya banyak juga yang memberi apresiasi karena dia termasuk anak muda yang inspiratif dari sisi penggunaan media sosial. Posisi si Ayah saat itu adalah, "Kenapa melarang jika saya belum melihatnya". Jadilah si Ayah tetap izinkan si Ade menonton program itu dengan didampingi Ayah atau Ibu.
Dari pantauan si Ayah, selama menonton Youtube-nya, Si Ade begitu riang, tertawa, gemas. Pokoknya ekspresi dia muncul. Termasuk ekspresi yang memperlihatkan dia ingin sekali memiliki apa yang dibahas: squishy.
Dari tontonannya, si Ayah melihat bahwa Ria RIcis memang memiliki "pesona" yang sangat menarik penonton anak-anak. Gaya bicaranya lepas dan riang. Bahasanya gampang dimengerti. Konyol sih, yang bagi orang dewasa dianggap negatif tapi bagi anak-anak memang lucu. Dan selama yang si Ayah tonton, selalu ada pesan positif dari postingan Youtube dia.
"Yang seperti ini tidak boleh diikuti ya De".
Bagi si Ayah, pendampingan seperti ini lebih efektif dibanding pelarangan. Sama lah seperti anak laki-laki main Play Station. Jika tidak didampingi, game-game yang dimainkan penuh bertaburan kekerasan, darah, dan wanita-wanita seronok. Lagipula, akses si Ade ke tab atau internet pun terbatas saja.
"Lho, tapi itu kan mengajarkan anak konsumtif?" Sepertinya ada yang berkata begitu.
Tapi alhamdulillah tuh, si Ade tidak konsumtif. Dia merengek sih pasti. Tapi kita bisa meredamnya. Kecewanya dia mendapatkan squishy murah dan tidak asli di lapak mingguan di komplek hanya bertahan beberapa menit saja, terkalahkan serunya memilih squishy diantar si Ayah dilanjut bersepeda pulang. Keinginan memiliki squishy keren juga gampang menguap ketika dia seru bermain squishy bersama teman-temannya. Jadi, semuanya berada dalam kontrol orang tua. Itu sih yang si Ayah coba lakukan.
Balik ke jawaban si Ade yang ingin ketemu Ria RIcis, si Ayah beri pertanyaan lanjutan.
"Memang, apa sih bagusnya Ria Ricis?", tanya si Ayah. Dalem sih. Si Ade lalu menjawab.
"Ria Ricis itu selalu bahagia. Waktu dia sakit saja Yah, dia masih bisa bercanda dan tertawa," jawab dia.
Hmmm... si Ayah terbelalak dengan jawaban yang tidak diduga. Ternyata bukan tentang squishy nya yang "dapatkan". Ada hal lain di balik itu.
"Kalau Ade lagi galau, Ade jadi bisa ketawa kalo nonton itu, Yah." Jangan salah, anak kecil juga memiliki rasa galau, tidak nyaman, seperti ketika dia berselisih dengan temannya atau dimarahi ayahnya hehehe.
Dan satu yang si Ayah dapatkan lagi. Sepertinya ini imbas dari Ria Ricis. SI Ade jadi bisa bercanda. Bercanda yang dia praktikkan ketika dalam perjalanan ke sekolah, membuat kemacetan tidak terasa, dan membuat suasana ceria. Bercanda yang mencairkan si Ayah yang keseringannya kaku dan tegang. Bercanda yang justru lucu karena dibawakan anak kecil, yang justru telah membuat bonding ikatan orang tua dalam hal ini ayah dan anak makin erat.
Di samping itu, karena melihat Youtube Ria Ricis, si Ade malah tertantang untuk membuat vlog. Akhirnya, dia coba buat dengan bantuan si Ayah. Ternyata membuat vlog itu seru sekali, dan membuat kita berdua dekat sekali. Dan ini hasil vlog yang dibuat Ade. Si Ayah hanya membantu mengkompilasinyda dan menjadi supir :)
Ini vlog pertama di channel #adedanayah. Lengkap dengan ucapan pertama "Assalamualaikum, teman-teman" yang khas Ria Ricis. Like dan Subscribe ya :)
Jadi, salahkah jika si Ade ingin bertemu Ria Ricis?
"Tidak. Ayah akan dampingi terus De," Itu jawaban Ayah.
#adedanayah #thrkompasiana #thrkompasiana15 #samberthr
enbe: Artikel ini hanya mengupas dari pertanyaan "artis yang ingin ditemui", karena dia belum mengerti arti inspiratif. Tidak mengupas dari sisi Islam. Kalau itu ada cerita lain lagi dong....