"Yang seperti ini tidak boleh diikuti ya De".
Bagi si Ayah, pendampingan seperti ini lebih efektif dibanding pelarangan. Sama lah seperti anak laki-laki main Play Station. Jika tidak didampingi, game-game yang dimainkan penuh bertaburan kekerasan, darah, dan wanita-wanita seronok. Lagipula, akses si Ade ke tab atau internet pun terbatas saja.
"Lho, tapi itu kan mengajarkan anak konsumtif?" Sepertinya ada yang berkata begitu.
Tapi alhamdulillah tuh, si Ade tidak konsumtif. Dia merengek sih pasti. Tapi kita bisa meredamnya. Kecewanya dia mendapatkan squishy murah dan tidak asli di lapak mingguan di komplek hanya bertahan beberapa menit saja, terkalahkan serunya memilih squishy diantar si Ayah dilanjut bersepeda pulang. Keinginan memiliki squishy keren juga gampang menguap ketika dia seru bermain squishy bersama teman-temannya. Jadi, semuanya berada dalam kontrol orang tua. Itu sih yang si Ayah coba lakukan.
Balik ke jawaban si Ade yang ingin ketemu Ria RIcis, si Ayah beri pertanyaan lanjutan.
"Memang, apa sih bagusnya Ria Ricis?", tanya si Ayah. Dalem sih. Si Ade lalu menjawab.
"Ria Ricis itu selalu bahagia. Waktu dia sakit saja Yah, dia masih bisa bercanda dan tertawa," jawab dia.
Hmmm... si Ayah terbelalak dengan jawaban yang tidak diduga. Ternyata bukan tentang squishy nya yang "dapatkan". Ada hal lain di balik itu.
"Kalau Ade lagi galau, Ade jadi bisa ketawa kalo nonton itu, Yah." Jangan salah, anak kecil juga memiliki rasa galau, tidak nyaman, seperti ketika dia berselisih dengan temannya atau dimarahi ayahnya hehehe.
Dan satu yang si Ayah dapatkan lagi. Sepertinya ini imbas dari Ria Ricis. SI Ade jadi bisa bercanda. Bercanda yang dia praktikkan ketika dalam perjalanan ke sekolah, membuat kemacetan tidak terasa, dan membuat suasana ceria. Bercanda yang mencairkan si Ayah yang keseringannya kaku dan tegang. Bercanda yang justru lucu karena dibawakan anak kecil, yang justru telah membuat bonding ikatan orang tua dalam hal ini ayah dan anak makin erat.