Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ketika Transaksi Non Tunai Membuat Hidup Damai

5 Desember 2016   17:03 Diperbarui: 5 Desember 2016   17:20 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi, sebenarnya si Ayah sudah dapat teman banyak, umumnya di kota besar seperti Jakarta. Di kota-kota besar di mana perputaran ekonomi cukup kencang, ditandai dengan hadirnya layanan-layanan perbankan dan telekomunikasi, aktivitas non-tunai sudah banyak dilakukan.

Namun di daerah-daerah atau pelosok-pelosok, transaksi tunai masih merajai. Merajanya transaksi tunai sepertinya umumnya terjadi karena ketidaknyamanan masyarakat untuk menggunakan peranti non-tunai karena ketidaktahuanmereka. Bisa jadi ketradisionalan pola pikir serta pengaruh budaya dan latar belakang kehidupan pribadi sangat berpengaruh. Dan yang paling penting adalah bagaimana masyarakat mau melakukan transaksi non-tunai jika mereka tidak mendapatkan akses kepada layanan perbankan atau “belum terjamah” produk perbankan?

Iya. Tanpamu, aku tak berarti. Betul. Tanpamu, wahai pemerintah. Gerakan non tunai ini tidak akan berarti tanpa turut campur pemerintah.

Ada tiga hal yang penting dilakukan pemerintah utuk itu sehingga gerakan non tunai itu menjadi gerakan nasional, tidak berkutat di kota-kota besar. Tiga hal penting yang harus dilakukan agar lebih banyak lapisan masyarakat yang mendapatkan manfaatnya. Tiga hal itu, saya sebut tiga “I”:

  • Infrastruktur.

Penyediaan infrastruktur adalah hal vital, baik infrastruktur fisik maupun infrastruktur perbankan

Infrastruktur fisik penting untuk menggairahkan ekonomi di daerah tersebut, sehingga menarik bagi perbankan untuk hadir di sana. Hal yang perlu didukung ketika Pemerintah memang sedang gencar membangun infrastruktur – seperti jalan raya dan pelabuhan laut serta udara - ke pelosok-pelosok daerah. Diharapkan, ekonomi akan berkembang di seluruh Nusantara secara merata. Dengan demikian peredaran uang tidak hanya terpusat di Jakarta dan kota-kota besar saja di Pulau Jawa seperti selama ini terjadi.

Dengan tumbuhnya perekonomian di daeran akibat dari pengembangan infrastruktur, maka akan mempermudah tumbuhnya minat institusi perbankan untuk tumbuh di daerah-daerah tersebut, yang berujung masyarakat mendapatkan akses lebih luas kepada produk perbankan dengan keamanan yang makin meningkat. Penetrasi bank pelat merah dengan penyediaan lebih banyak ATM untuk melakukan transaksi non-tunai adalah salah satu contohnya.

Jangan juga dilupakan peran pengembangan infrastruktur telekomunikasi. Menurut survey yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) dan diberitakan di kompas, lebih dari setengah penduduk Indonesia (132 juta orang tahun 2016) sudah terhubung ke internet. Sementara itu, kominfo.go.id. mengemukakan bahwa pengguna aktif smartphone di Indonesia para 2018 diperkirakan sebesar 100 juta orang. Namun demikian, survey juga memperlihatkan bahwa penggunaan teknologi seperti itu masih berkutat di Pulau Jawa. Pekerjaan penting untuk menyediakan fasilitas telekomunikasi ke pelosok daerah mengikuti perkembangan infrastruktur fisik.

  • Integrasi industri pembayaran dan integrasi infrastruktur

Integrasi industri pembayaran penting untuk memperbanyak dan mempermudah dalam pelayanan perbankan. Karena masyarakat – sebagai konsumen - adalah raja, maka hindari masyarakat merasa kecewa dengan layanan non-tunai perbankan yang diakibatkan oleh ketiadaan integrasi industri pembayaran, perbankan dan penyedia layanan penjualan. Ketiadaan integrasi bisa dalam bentuk penolakan transaksi non-tunai, bea tambahan atau kelambatan pelayanan. Dengan integrasi, maka efisiensi sistem pembayaran bisa didapatkan serta konsumen mendapatkan perlindungan.

Alhamdulillah, kerjasama antara pemangku kepentingan keuangan (pemerintah) – dalam hal ini Bank Indonesia sebagai regulator dan Otoritas Jasa Keuangan selaku pengawas, dan pelaku usaha perbankan – termasuk penerbit kartu kredit dan e-money, dan dunia usaha pada umumnya sudah dimulai. Bank Indonesia juga sudah mulai mengintegrasikan dan memperkuat  kelembagaan industri pembayaran dengan mendirikan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) dan Asosiasi Penyelenggara Pengiriman Uang (APPUI).

Sementara itu integrasi infrastruktur pastinya akan sangat berkontribusi memberikan kemudahan kepada konsumen dan memberi efek menarik dalam penggunaan non tunai. Contoh yang paling gampang adalah infrastrutktur yang yang terintegrasi antar moda transportasi di Jakarta, Commuter Line – Transjakarta, dengan menggunakan e-money yang dikeluarkan bank nasional. Juga kemudahan e-money digunakan.

  • Informasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun