Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ketika Transaksi Non Tunai Membuat Hidup Damai

5 Desember 2016   17:03 Diperbarui: 5 Desember 2016   17:20 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Taman berwifi di Bandung | Sumber: http://muhfauzanp.blogspot.co.id/2014/11/bandung-smart-city.html

Di banyak area di perkotaan, lokasi ATM berada di dekat sebuah swalayan. Dengan demikian, si Ayah pun terbiasa memakai kartu debit itu sebagai alat pembayaran. Beli odol atau beras atau belanja bulanan? Pake kartu saja. Dompet hanya dikeluarkan untuk mengambil kartu saja. Tangan tidak perlu susah-susah menghitung uang …dan tidak bersentuhan dengan kuman dari uang kertas yang lecek sambil mengusap ingus. Simpel. Higienis.

Penggunaan kartu juga tidak sebatas kartu debit. Kartu kredit pun banyak membantu membuat gampang. Si Ayah menggunakan kartu kredit biasanya untuk hal-hal yang bersifat darurat saja, seperti saat bepergian ke luar negeri dalam rangka tugas kantor. Alasannya karena si Ayah malas membeli mata uang yang ratenya selalu berfluktuasi dan sering menyakiti hati saat melihat rate jual dan beli yang jomplan. Selain itu, si Ayah juga sering tidak tahu persis berapa mata uang asing yang dibutuhkan untuk hal-hal tidak terduga. Jadi, si Ayah biasanya hanya menukarkan mata uang asing tunai secara terbatas. Cukuplah uang tunai untuk hal-hal yang penting yang tidak bisa dilakukan dengan kartu. Sementara untuk hal lain, bahkan untuk makan pun si Ayah menggunakan kartu kredit. Lagi pula, di luar negeri kartu kredit dengan senang hati diterima untuk banyak transaksi, termasuk bayar taksi dan beli koran. Kartu kredit juga penting untuk jaga-jaga, jika ada sesuatu pengeluaran tidak terduga yang membutuhkan pembayaran. Tanpa membawa uang jaga-jaga ke mana-mana, praktis, gunakan saja kartu kredit. Tenang jadinya.

Meski namanya kartu kredit, si Ayah biasanya tidak gunakan fasilitas kreditnya. Jadi, kalau tagihan muncul, langsung dia bayar. Bayarnya pun tidak pakai tunai. Lewat ATM atau mobile banking saja. Gampang.

Cara praktis transaksi bisnis

Kepraktisan tanpa transaksi tunai pun dirasakan saat berbisnis.

Entah sudah berjalan berapa tahun si Ayah tidak menerima uang tunai saat gajian. Berapa tahun itu pula si Ayah tidak menerima uang gajian dalam amplop atau bahkan tidak menerima kertas slip gaji. Slip dikirim lewat email dan uang gajian langsung ditransfer ke rekening. SI Ayah jadi tidak perlu repot-repot membawa amplop berisi uang untuk disimpan di bank – terkadang dengan deg-degan takut dikuntit perampok. Jika bank penerimanya sama dengan bank yang digunakan oleh kantor tempat bekerja, maka uang itu akan langsung ada di rekening kita langsung saat itu juga.

Di skala lebih besar, pembayaran dari klien ke perusahaan sudah sama sekali tidak dalam bentuk tunai. Beberapa tahun lalu, klien melakukan pembayaran dengan menggunakan cheque atau kertas cek. Uang akan langsung masuk ke rekening tanpa perusahaan menerima uang kertas. Bagian keuangan pihak klien atau pihak perusahaan kita tidak repot-repot menghitung uang, jari tangannya tetap cantik tanpa kena uang-uang lecek (ea…), jadinya mudah pencatatan dan …. susah terjadi penyalagunaan. Namun demikian, kertas cek – yang notabene sebenarnya non-tunai – bahkan sudah jarang dipakai. Sekarang semuanya dilakukan secara non-tunai, transfer. Fasilitas transfer itu pun juga dilakukan oleh para pelaku bisnis usaha kecil dan menengah. Termasuk usaha bisnis makanan si Ayah setelah pensiun dini ini.

Cara praktis ini tidak hanya dilakukan untuk bisnis. Transaksi pembayaran berkaitan dengan kewajiban kepada negara – seperti pembayaran pajak, listrik dan sejenisnya, si Ayah sudah lakukan dengan non-tunai. Pembayaran listrik bulanan si Ayah sudah minta otomatis memotong tabungan, sehingga tidak ribet. Bahkan pembayaran pajak mobil pun sekarang sudah dilakukan non-tunai. Bebas pungli, bebas penyelewengan, mudah pencatatan, menciptakn transparansi dan good governance. Keren kan.

Cara hemat keuangan sehat

Kata siapa sih penggunaan non-tunai itu boros? Si Ayah kok mendapati sebaliknya. Buktinya, adalah saat si Ayah memenuhi permintaan membeli makanan untuk si Ade saat si Ibu tidak bisa melakukannya karena hujan besar. Si Ayah order pesanan lewat ojek aplikasi. Pilih pesanan. Promo gratis ongkos antaran. Sampe rumah aman. Hemat di waktu, hemat di ongkos. Bahkan sekarang si Ayah kalau bepergian hobi pakai ojek aplikasi, karena irit sekali – apalagi jika ada diskon 50% karena si Ayah mentransfer uang untuk disimpan (top-up). Tanpa kartu. Tanpa uang. Lancar. Hemat. Keuangan sehat.

Memang sih bisa terjadi jika justru karena non-tunai menjadikan segalanya mudah malah membuat kita semakin konsumtif. Apa-apa dibeli. “Tapi, da itu mah bagaimana kitanya atuh”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun