Kamtis lebih mengedepankan proses kreatif. Kita tidak mengemis-ngemis minta donasi atau sumbangan. Tapi dahulukan usahanya dulu. Kenapa usaha kreatif? Supaya memberi efek ke pada komunitas, lingkungan dan industri sekitar. Pendanaana dalam bentuk penjualan merchandise saja, kita sudah berkolaborasi dengan banyak industri, seperti cincin perak, tas, topi dan lain-lain. Jadi, ekonomi sekitar pun bergerak. Lagipula, dengan pemodalan dari usaha sendiri dibandingkan dengan mengandalkan donasi, usaha atau keberlangsungan DOES Community dan University akan sinambung.
Contohnya adalah seperti apa yang dilakukan untuk generasi pertama. Kita mengandalkan penjualan merchandise. Jika ada yang beli merchandise, seratus persen keuntungannya untuk pendanaan DOES University generasi pertama. Untuk generasi kedua berbeda lagi. Harus ada invocasi, karena membutuhkan alat yang banyak. karena itu Endank Soekamti mencoba membuat film Vlog Fest 2016 The Movie.
 Bisa dicek di www.vlogfest.com. Film ini adalah sebuah film panjang berformat 360˚ yang diproduksi dan dirilis pertama kali di dunia. Film ini berkisah tentang 8 orang vlogger (Erix, Ari, Dory, Ulog, Lanang, Bagus, Isa, dan Ipang) yang mengikuti festival vlog di Bromo. Mereka berlomba-lomba membuat video blog untuk memperebutkan hadiah. Film ini lalu dijual dalam bentuk fisik berupa boxset ekslusif, dengan harga premiun. Responsnya? Meski tidak sesuai target, tapi responsnya bagus sekali. Dan itu bisa membiayai DOES University generasi kedua.
Slogan kita adaMandiri Dalam Bekerja, Merdeka Dalam Berkarya.
Apa yang dilakukan Erix sehingga mendapatkan kepercayaan dari Kamtis Family atau DOES Community?
Melalui keterbukaan. Melalui Vlog. Ketika di tahun 2011 memutuskan keluar label, kita menggunakan media video blogging untuk berkomunikasi – meski saat itu belum tenar yang namanya Vlog. Itulah nama DOES muncul. Diary of Erix Soekamti. DOESmenjadi ajang komunikasi, mempresentasikan ide, BERBAGI VISI dan misi-misi dan juga keterbukaan laporan. Jadi mereka tahu, bahkan tahu merchandise itu harga sekian, di DOES vlog dipresentasikan. Open semuanya. Lagipula, semuanya, dari pengiriman barang, bisnis, dll dilakukan sendiri. Kehadiranku hanya trigger dan pengawas. Pernah ada kejadian Kamtis Family mempertanyakan harga jual merchandise yang agak mahal. Aku klarifikasi segalanya lewat DOES vlog secara rinci, sampai mereka mengerti.
Namun demikian, kunci utama keberhasilan aksi kita justru adalah hasilnya. Ada sesuatu yang terjadi. Bukan sekedar ngomong doang. Planning-planning . Rencana-rencana. Tanpa hasil. Action yang ada hasilnya dan hasilnya jelas itu yg membuat mereka percaya.
Hal lain apa yang akan dilakukan Erix dalam waktu dekat?
Kita sedang memproses program baru: patungan bikin lagu anak. Kita kan sudah dalam masa fatherhood semua. Sudah berkeluarga dan memiliki anak. Jadi ada ide dari kebutuhan sendiri. Anak-anak kita kan generasi milenial. Namun saat ini mereka tidak punya acara anak. Padahal animasi cocok ke anak. Jadi kita sedang fokus ke lagu anak. Lagu anak-anak itu nantinya akan dimainkan Endank Sukamti, tapi tetap untuk konsumsi anak, bukan konsumsi dewasa. Lalu dibikin karya animasi oleh anak-anak DOES University generasi pertama. Jadi, hasil akhir itu yang bernyanyinya adalah animasinya.
Program ini berupa patungan. Maksudnya, anak-anak DOES University generasi pertama itu akan diberikan reward. Trigger buat mereka bekerja. Kalo dikasi PR animasi untuk 10 lagu kelar, maka liburan ke Karimun Jawa, misalnya. Kita akan release program ini tanggal 28 Oktober ini. Kita akan buat juga channel baru, Sukamti Junior. Animasi serial edukasi anak.
Apa ini akan berlanjut ke animasi anak semisal Upin-Ipin?
DOES University ingin mendukung hal itu. Indonesia itu hanya memiliki sedikit film animasi. Karena memang Indonesia kekurangan dan membutuhkan SDM animator. Di sinilah DOES University akan terlibat.