Tour de’house
Sebelum bercerita, dengan maksud agar tidak terlalu serius, saya mulai dengan mengajak anak-anak berkeliling rumah. Ada dua area yang saya ingin kenalkan kepada mereka, yaitu kamarnya si Ade – anak saya – yang juga temannya mereka. Yang kedua adalah perpustakaan.
Tidak ada maksud khusus membawa mereka melihat kamar si Ade, karena tidak ada sesuatu yang istimewa dari fisik kamarnya. Saya hanya ingin mendekatkan anak-anak dengan anak saya saja melalui visual. Ada dua hal yang saya jelaskan saat itu. Pertama mengenai piala-piala yang dipajang. Saya tekankan bahwa piala-piala itu adalah hasil perlombaan di sekolah yang kebetulan anak saya menangkan – seperti juga dimenangkan anak-anak yang lain. Tapi saya kemukakan bahwa anak saya pun sering pulang dengan tangan kosong karena kalah. Jadi, kalah menang ya tidak apa-apa. Hal kedua yang saya tunjukan adalah buku-buku di meja anak saya. Saya ingin menunjukan bahwa seperti yang dilakukan di sekolah, anak saya juga suka baca buku di rumahnya.
Apakah pembicaraan saya didengar mereka? Iya, tentu saja...meski cuman sebentar, karena mereka – yang mayoritasnya anak perempuan – lebih tertarik ke tumpukan boneka kecil di sudut kamar si Ade,
Nah, di area perpustakaan saya ingin memperlihatkan buku-buku kepunyaan ayah dan ibu anak saya. Saya sedikit hubungkan buku di perpustakaan itu dengan kebiasaan membaca yang akan menambah pengetahuan dan menjadi pintar. Ucapan yang khas buat anak kecil kan, meski sebenarnya terlalu mainstream.
Apa sih profesiku? Bingung aku?
Setelah berkumpul lagi, saya mulai bercerita mengenai profesi. Istri dan bunda di sekolah sebenarnya ingin saya bercerita mengenai “ayah sebagai penulis”. Tapi saya ragu, karena profesi saya kan bukan penulis. Saya hanya suka menulis. Jadi saya mengambil keputusan menceritakan profesi sebagai insinyur dengan hobi menulis.
Menjelaskan profesi insinyur kepada anak TK sangat tidak mudah. Satu-satunya cara yang terlintas saat itu adalah insinyur yang membangun gedung atau membuat mesin. Gedung kan mudah memvisualisikannya. Saya mengambil contoh gedung-gedung tinggi yang ada di Jakarta. Pekerjaan insinyur adalah yang membangun gedung itu. Bisa jadi banyak insinyur yang protes, karena membuat atau membangun gedung adalah kerjaan kontraktor atau tukang, sedangkan insinyur adalah mendesain dan mengawasi. Tapi bahasa itu, mendesain dan mengawasi, tidak saya pakai karena anak-anak pastilahtidak paham.