Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Diet Kantong Plastik (Sementara Ini) Berhasil (edisi AADC)

28 April 2016   09:37 Diperbarui: 28 April 2016   10:05 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamu jahat!!

Seperti Cinta yang marah dengan Rangga, seperti itu pula mungkin yang dikatakan pegiat lingkungan. “Kamu jahat! Setelah berpurnama melakukan advokasi, lalu sekarang sudah muncul regulasi, kamu masih tetap memakai plastik. Kamu jahat! Jahat! Iiiih Jahat!!”.

Memang sih, sepertinya kok gimana gitu jika masih melihat konsumen menggunakan kantong kresek. Meski, paham juga jika mungkin mereka lupa membawa tas belanja. Tapi kan bisa minta kardus bekas Aqua? Ah, mungkin dia repot tidak ada yang menggendong kardusnya? Tapi kan dia bisa taruh di troli dan lalu masukan ke mobilnya? Oh, mungkin dia hanya bawa sepeda. Tapi kan...

Ya sutralah. “Kalo elo pengen terus seperti itu, itu bukan salah gue. Terus kalo lo gak mau seperti itu, itu bukan salah gue. Bukan salah temen-temen gue”. Da aku mah apa atuh...

Saya mau ngucapin terima kasih sama kamu...Ya udah, gitu aja. Makasih ya

Seperti ucapan Rangga kepada Cinta yang mengembalikan bukunya, seperti itulah pula apa yang harus diucapakan kita semua kepada para konsumen yang telah melakukan diet plastik / kantong kresek, sekecil apapun usaha itu. Dari pengamatan kecil-kecilan seperti di atas, untuk sementara program diet kantong plasik itu berhasil.  

Pengecut!!

Namun, seyogyanya maka diet plastik yang dilakukan bisa dilakukan lebih dari itu. Diet plastik tidak hanya diterapkan kepada konsumen, tetapi juga kepada PRODUSEN.

Mari kita lakukan penelitian kecil-kecilan secara acak. Makan siang dengan ayam kremes yang tadi siang dipesan saja sudah berbau plastik: nasi dibungkus plastik, lalab dibungkus plastik, sambel dibungkus plastik, semuanya di dalam styrofoam. Pesan bubur pun sama sebangun: di dalam styrofoam diberi plastik, kerupuk diberi plastik, sambel diberi plastik, sate ati ampela pun diberi plastik. Jika ke supermarket, bahkan jeruk pun dibungkus plastik, satu demi satu. Untuk buah lengkeng tidak diberi plastik satu-satu...apa bisa jadi ya.

Jadi, diet plastik itu semestinya diterapkan juga kepada pihak PRODUSEN dong. Harus fair. Dan harus berani menerapkannya. Jika ke konsumen berani menekan, maka kenapa takut untuk menekan produsen dalam diet plastik. Kalau takut, ya cocok lah ucapan Rangga di atas itu.

Pengecut!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun