Tuli adalah kata yang lebih mereka senangi. Dan itu juga kata yang akan kami pakai mulai sekarang dalam tulisan-tulisan selanjutnya.
You are THE ONE
Kalau membicarakan orang tuli, maka satu orang yang muncul di benak penulis. Dialah Marlee Matlin. Beliau adalah orang tuli pertama yang mendapatkan piala Academy Award atau Oscar. Beliau adalah orang tuli yang membuka mata dunia bahwa seorang tuli bisa berprestasi dan berkilau. Dan Marlee Matlin lalu menjadi seorang inspirator, baik bagi orang tuli maupun bagi orang hearing – yang bisa mendengar, seperti kita-kita ini. Silakan googling dengan kata kunci “Marlee Matlin quotes”.
Satu kutipan Marlee Matlin yang saya sukai adalah ini:
[caption caption="Marlee Matlin quotes | Foto: likesuccess.com"]
Ya, orang yang mendengar, seperti kita-kita ini, memiliki kemudahan untuk menyingkirkan semua kendala yang bisa mengganggu dan mencegah orang tuli dalam menggapai keinginan dan mimpinya. Dan itulah yang sudah Dissa lakukan dengan Fingertalk Deaf Cafe-nya. Dan itu jugalah yang coba kita bantu lakukan oleh Komunitas Ketapels, sebisa dan semampu kita sebagai pegiat menulis di media sosial. Sehingga, sedikit banyak kita bisa bantu meningkirkan hambatan bagi komunitas tuli untuk maju.
[caption caption="Penulis bersama Dissa, pemilik Fingertalk Deaf Cafe | Foto: RIfki Feriandi"]
Dalam beberapa kesempatan pertemuan komunitas, penulis mengajak serta si Ade, anak bungsu usia TK. Maksudnya sih selain agar dia tahu aktivitas ayahnya, mendapatkan sesuatu hal yang baru, bisa bertemu teman-teman baru, dan ya...setidaknya dia lepas dari ibunya yang sudah mengurus seminggu penuh. Jadi, lumayan ada me-time sejenak buat si ibu.
Mengajak anak anak kecil itu seru. Mereka ya mirip lah dengan kelompok New Kids on The Block dahulu. Lucu-lucu, tidak bisa diam, aktif ke sana ke mari. Termasuk si Ade. Di awal acara, dia duduk tenang namun tidak tenang bagi ayahnya. Pasalnya adalah karena dia banyak bertanya. “Yah kenapa dia gak bisa ngomong”, “Yah, ibu itu bisa ngomong, tapi kok tangannya gerak-gerak”, “Yah, kalo mbak di sana ngapain”, dan pertanyaan lainnya. Jadi, ayahnya hilang konsentrasi.
Yang menyenangkan dan mengasyikan untuk diperhatikan adalah saat si Ade mengeksplore sesuatu hal yang baru. Itulah saat dia melihat pigura dengan simbol alphabet bahasa isyarat, dia langsung mempraktekannya. Lucu sekali melihat tangan-tangan mungilnya berusaha membentuk suatu isyarat, diikuti mulut dengan pipi tembemnya membentuk suatu huruf.
[caption caption="Mengeksplore bahasa isyarat | Foto: Rifki Feriandi"]