Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

(Kebon Binatang) Bandung Penuh Sampah? Ini Usulanku

28 Juli 2015   12:42 Diperbarui: 11 Agustus 2015   20:47 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Liburan Lebaran kemarin, penulis bersama anak berlibur ke BonBinBan (KeBON  BINatang BANdung). Seru sih karena …ramai. Eh, sehari atau dua hari setelahnya, ramai muncul di media sosial tentang sampah-sampah yang berserakan di sana, bahkan termasuk di dalam kandang satwanya. Di sini aku suka merasa sedih. Sebegitu parahnyakah ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan? Bahkan hanya untuk masalah sepele. Sangat sepele: buang sampah.

Lalu, hari Minggu kemarin penulis berenang bersama si Adek dan Kakak di Ocean Park BSD. Di sini penulis melihat sesuatu yang berbeda. Meski masih tentang sampah. Dari sinilah, tercetus beberapa usulan pengentasan masalah sampah:

Sediakan fasilitas pembuangan sampah yang memadai

Mengedukasi masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya tidak akan efektif jika fasilitas tempat sampahnya tidak mencukupi.

 

 

Bak-bak sampah pasti ada. Ditemui juga di BonBinBan atau sekeliling Alun-Alun Bandung - seperti foto di atas. Namun, apakah volume bak atau tong sampah itu memadai? Istilah “memadai” mengacu kepada kondisi saat itu. Mungkin pada kondisi normal, tong sampah yang ada masih bisa menampung volume sampah pengunjung. Namun, berbeda jika kondisinya tidak normal, seperti pada puncak liburan mingguan, bulanan atau tahunan. Pada saat-saat itu, volume tempat sampah yang ada mungkin tidak memadai, sehingga dibutuhkan tempat sampah tambahan untuk memperbesar volume. Penambahan tempat sampah mungkin tidak membutuhkan membeli tempat sampah baru. Cukup ditambah kantong plastik sampah yang super besar diikatkan ke tempat sampah yang ada, seperti yang penulis temui di Ocean Park - seperti foto di bawah ini.

 

 

Langkah lain yang sedikit lebih inovatif (ciee…) adalah memberikan bonus satu kantong sampah plastik besar tiap pembelian tiket, tanpa menambah harga tiket masuk. Apalah arti satu buah kantong sampah plastik dibanding dengan dua puluh lima ribuan harga tiket masuk. Dengan begini, si pengunjung secara langsung diedukasi dan difasilitasi dan dipaksa membuang sampah pada tempatnya. Bahkan, petugas tiket bisa memberi pesan secara langsung tentang hal itu. Jika masih buang sampah sembarangan setelah mendapatkan kantong sampah, itu mah T.E.R.L.A.L.U.

“Tapi, makin banyak sampah plastik dong?”.Ya, cari solusi yang lebih inovatif kalau begitu. Cari tempat sampah lebih kerenan dari produk daur ulang dan bisa dipakai terus menerus dengan kisaran harga tambahan tiket masuk 2000-5000 rupiah. Dengan tipe ini, pengunjung bisa bawa tempat sampah itu untuk digunakan selanjutnya- setelah mebuang sampai di BonBinBan di penampungan besar.

Konsisten memberi informasi

Dalam beberapa sisi, manusia itu memiliki kelemahan, berupa cepat lupa, mau gampang sendiri, akan bertindak jika ada instruksi dan butuh selalu diingatkan. Itu pula yang terjadi dengan kebiasaan membuang sampah pada tempattnya. Dibutuhkan keistiqamahan petugas untuk selalu mengingatkan para pengunjung untuk membuang sampah pada tempatnya. Di beberapa tempat umum, poster-poster seperti itu sangat gampang ditemui. Tetapi apakah para pengunjung membacanya? Bisa jadi membaca tetapi tidak secara serius memahami dan menyerapnya. Karenanya, sangat bagus jika memanfaatkan fasilitas audio – speaker untuk terus mengingatkannya.

Penulis sepertinya tidak pernah mendengar hal ini terjadi di Alun-Alun Bandung. Padahal, bisa saja pemerintah meminjam speakernya Masjid Agung untuk memberikan informasi seperti ini. Atau sengaja saja dibuat sistem informasi Alun-Alun tersendiri. Mungkin di BonBinBan langkah ini sudah dilakukan, tetapi akan bagus jika frekuensi memberikan informasi ini lebih sering – seperti yang penulis dengar di Ocean Park BSD.

Penegakan aturan

Untuk mencegah kebosanan dan memberikan efek yang berbeda dan hasil yang berdaya guna, ada bagusnya juga informasi disampaikan dengan berbagai macam improvisasi, tidak dengan nada suara datar. Dengan pantun,misalnya. Atau dengan sesuatu yang lucu. Atau dengan memberikan “ancaman” hukuman bagi pelanggar dan pembuang sampah sembarangan. Pemberian informasi yang komunikatif seperti ini penting agar masyarakat juga merasa bertanggung jawab atas tindakannya, dan segala kelalaian yang dilakukannya ada implikasi hukum menyertainya. Pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa aturan harus ditegakkan, bukan aturan diciptakan untuk dilanggar.

Salah satu hal lucu yang mampir di kepala penulis saat melihat foto sampah di kandang satwa BonBinBan, adalah membuat poster informasi yang ditempel di kandang satwa itu, yang berbunyi:

Ulah legeg. Wani miceun runtah di ieu kandang? Kudu wani meresihan ieu kandang ku sorangan. Eta ge mun boga jajaten” [Jangan belagu. Berani membuang sampah di kandang ini? Harus berani juga membersihkan kandang ini sendiri]

“Sing saha nu miceun runtah di ieu kandang, dihukum meresesihan kandang jeung dikurung bareng jeung ieu satwa sapoe jeput” [Barang siapa membuang sampah di kandang ini, dihukum harus membersihkan kandang dan dikurung bersama satwa ini sehari penuh]

“Owa wae teu miceun runtah ka luar kandang, naha ari manusa miceun runtah ka jero kandang? Nu mana Owa, nu mana manusa. Ngeunteung atuh euy???? [Monyet aja tidak membuang sampah ke luar kandang, lha ini manusia membuang sampah ke dalam kandang. Yang mana monyet yang mana manusia. Bercermin dong]

“Sing saja nu miceun runtah di imah uing, tempo we, disepak ku uing siah, paling henteu dina ngimpi maneh tujuh peuting.” [Barang siapa yang membuang sampah di rumahku, tunggu saja, kutendang kau, paling tidak di dalam mimpi kau tujuh malam]

Monitoring

Sewaktu berenang di Ocean Park, penulis memperhatikan abang tukang sampah beberapa kali mengecek tempat-tempat  sampah, lalu memadatkan sampah itu atau memasang tambahan plastik sampah.  Penulis pikir hal itu adalah tindakan yang bagus. Dan penulis juga yakin bahwa hal seperti ini juga yang dilakukan petugas-petugas kebersihan baik itu di BonBinBan ataupun di Alun-alun Bandung. Ya paling tidak itu adalah tugas resminya. Namun, mungkin tugas monitoring itu harus  lebih ditingkatkan frekuensinya, sehingga bisa diyakinkan bahwa tersedia tempat-tempat sampah yang cukup pada saat lokasi sedang mendapatkan puncak pengunjung.

Tidak hanya monitoring tempat sampah, rasanya petugas kebersihan bisa lebih diberdayagunakan sebagai fasilitator kebersihan, yang juga memiliki kewajiban mengingatkan pengunjung jika buang sampah sembarangan. Rasanya masyarakat perlu diberi penyadaran, bahwa petugas kebersihan bukanlah pesuruh, di mana pengunjung bebas menyampah karena kewajiban petugas lah untuk membersihkannya. Pemikiran itu harus diubah. Karenanya, berilah wewenang lebih kepada petugas kebersihan untuk mengedukasi masyarakat. Lengkapi juga petugas kebersihan itu dengan supervisornya yang tidak saja memastikan performa petugas kebersihan, namun juga memiliki wewenang lebih untuk menegur dan memberikan “punishment” kepada masyarakat yang tidak taat aturan. Ide seperti ini adalah pengejewantahan tipe  kepemimpinan Pak Ridwan Kamil dalam menegakkan aturan dengan menghukum warga yang tidak taat aturan dengan push up beberapa kali.

Usulan di atas mungkin sangat sederhana. Namun peenulis yakin, sinergi antara masyarakat dan petugass kebersihan dan keteledanan dan komunikasi yang baik dari pimpinan daerah,maka masalah sampah seperti ini bisa diatasi dan sikap masyarakat terhadap sampaih akan berebeda ke arah yang lebih baik.

Terima kasih kepada para petugas kebersihan yang telah mengerahkan jerih payahnya membersihkan kota selama ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun