'Mereka adalah pahlawan, bagiku. Mereka mengajariku menyingkirkan ketakutan tak perlu, mengajariku untuk menjadi pribadi yang kuat, mengajariku untuk terus bertahan dan mengajariku memahami arti diri. Serta mengajariku menjadi pahlawan', suaranya sedikit menggelegar.
'Kawan Wisudawan. Lihatlah sekeliling. Kita juga dikelilingi pribadi-pribadi hebat, pahlawan yang terabaikan, pahlawan tanpa mengaku pahlawan. Pak Hadi, dosen senior yang terkadang kau lecehkan sebagai dosen killer. Konsisten memberi edukasi, berinteraksi dengan hati, tanpa mengejar proyek pribadi dan mendidik kami untuk teguh hati. Pak Cakra dosen muda, idealis tapi bersahaja, berinteraksi tanpa kasta, menularkan ilmu dengan bijaksana. Dari merekalah kita mendapatkan inteljensi dan integritas diri'.
'Tengok juga Bu Asmi bagian administrasi. Dia tetap berbakti dan teguh hati membantu mahasiswa tanpa pretensi. Dan kau suka lupakan Pak Darma penjaga laboratorium komputer dan Bu Ningsih pustakawan. Merekalah yang menemani kita selagi tertekan, memberi dukungan sebagai teman, agar kuliah tidak putus di tengah jalan. Dari merekalah kita belajar menjadi manusia kuat, berintegriti dan baik budi pekerti. Merekalah PAHLAWAN'.
Reza sejenak mengambil jeda, mundur dua langkah dari mimbar dan berpaling ke bagian kirinya, tempat dosen-dosen berada. Berada di sebelah para dosen adalah Bu Asmi, Pak Darma dan Bu Ningsih serta beberapa orang bagian administrasi lainnya. Reza lalu bertepuk tangan, memberi apresiasi kepada mereka. Tepuk tangan yang diikuti dengan gemuruh oleh seluruh hadirin di ruangan itu. Sebagian hadirin bahkan bertepuk tangan sambil berdiri.
Di tempat duduk itu, mata Pak Hadi basah. Menangis tumpah ruah. Dan Bu Asmi berpegangan tangan dengan Bu Ningsih, juga dengan mata yang berair. Sementara Pak Darma, yang seumur-umur bekerja sebagai penjaga Laboratorium komputer baru kali ini ikut acara wisuda, kepalanya terus menunduk. Matanya ditutupi tangannya. Hanya terlihat bahunya yang berguncang disela sedu sedannya.
Kemudian Reza kembali berbicara.
'Saya kira tidak ada yang bisa membantah bahwa merekalah pahlawan di sekeliling kita hari ini. Mereka para dosen, ibu-bapak di bagian administrasi dann bahkan pak satpam atau office boy yang bekerja dan mengabdi secara tulus. Mereka menjalankan perannya masing-masing. Mereka memberi arti kehidupan bagi hidupnya dan tanpa sadar mereka memberi arti pada orang lain. Terima kasih'. Kali ini tangan kanannya dilekatkan di dadanya. Kepalanya menunduk. Dan kembali tepuk tangan membahana.
Reza lalu menghirup udara.
'Terakhir kawan. Jangan lupakan dirimu'. Kali ini sorot matanya tertuju kepada kelompok wisudawan. 'Lihatlah ke dalam hatimu. Kamu singkirkan ketakutan akan kegagalan. Kamu singkirkan ketakutan akan seperti apa jati dirimu nanti. Saat keputusasaan menimpamu, kamu bertahan. Kamu kuat. Dan kamu temukan semua jawaban atas segala kesulitan - jawaban yang datang dari dirimu, dari jiwamu'. Dia berhenti sebentar memperhatikan reaksi rekan-rekannya.
'Keberhasilan kuliah sampai wisuda ini sejatinya adalah karena ada jiwa pahlawan dalam dirimu, jiwa pahlawan bagi dirimu sendiri', suaranya kembali bergetar. Terlihat mata beberapa wisudawan perempuan sembab.
'Dan kini marilah kita melangkah ke kehidupan nyata, kehidupan bekerja dengan bekal itu. Kita bawa apa yang kita dapat selama ini: sarjana yang punya intelejensi, pribadi bersih berintegriti dan budi pekerti. Serta jujur dan berhati nurani. Itulah jiwa pahlawan sejati. Dengan jiwa itu kita akan bangun negeri'', serunya menutup pidato sambutan wakil wisudawan.