Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kompasianival 2012 – yang Dibuang Sayang (2)

18 November 2012   08:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:07 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Wah, manja dan pengen enaknya saja, makan gratis”.

He…he…. Itu sesuatu hal yang wajar sebagai manusia ekonomi toh – mengharapkan sebanyak-banyaknya untuk usaha sekecil-kecilnya. Namun rasanya Kompasianer pun tidak terlalu mempermasalahkan tidak adanya konsumsi. Rasanya kita mengerti. “Sudah gratis kok protes lagi’.

Namun alangkah lebih baiknya jika setidaknya di ruangan disediakan air minum mineral gelas saja. Itu yang sangat dibutuhkan, terutama bagi mereka yang tidak siap membawa air minum dari rumah. Bisa terbayang bukan jika saya yang pergi dari rumah jam 9.30, berdiri dan berjalan di ruangan luas, dan sampai jam 1 siang pun belum mendapatkan setetes air pun. Mau ke bawah ke restoran? “Males. (ups, maaf). Males antri. Males turun. Kalau sudah turun, mending langsung balik”, itu yang biasa muncul di benak saya. Yang repot adalah jika tahu-tahu ada yang jatuh pingsan karena dehidrasi. Gak seru kan?

Untuk masalah minum, dan jika tidak ada budget untuk itu, maka mungkin Bos Admin bisa mengajak siapa saja Kompasianer yang mau urunan untuk menyediakan air minum gelas beberapa dus. Rasanya ajakan ini akan mendapat banyak sambutan, karena “memberi air pada orang yang kehausan itu tindakan yang sangat mulia” loh.

Cendera mata

Tiada kesan tanpa kehadiran”, itu pepatah lama. “Pepatah” baru (eh, “celetukan” maksudnya): “Sudah hadir, beri kesan dong”. Tidak perlu yang mewah-mewah atau besar-besar. Sebuah stiker kecil saja dengan logo Kompasianival 2012 sudah cukup memberikan kepuasan bagi Kompasianer (“saya” – penulis) serta bisa dianggap sebagai apresiasi dari pihak Kompasiana (Admin pun kan harus memberi apresiasi kepada undangan. Gimana kalo para undangan ngeboikot, acara jadi sepi kan he…he…).. Lumayan kan sebuah stiker bisa ditempel di mobil atau motor, sehingga nama Kompasiana bisa lebih berkibar.

Ups, apalah diri ini berani-beraninya memberi kritikan dan saran seperti itu?”. Saya bukanlah siapa-siapa, hanya seorang Kompasianer dari sekian ratus ribu orang pengguna Kompasiana. Tapi tidak karena “saya bukan siapa-siapa” lalu saya harus diam dan bungkam, kan? Yah, sekedar catatatn pribadi, siapa tahu bermanfaat demi kebaikan. Kan, kebaikan itu membahagiakan…..Hadeuh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun