Tak bosan-bosannya memandang hijau laut, pohon kelapa dan batu besar (dok.pri)
Sebelum pulang ke hotel, dengan harapan hujan mereda, kami sempatkan mampir ke Pantai Tanjung Tinggi. Pantai ini adalah lokasi pengambilan gambar filem Laskar Pelangi. Kami diajak ke beberapa area yang bagus untuk berfoto dengan batu-batu besar eksotis, seperti terbelah, ada batu pipih, ada batu yang seolah mau rubuh seperti domino. Kami tidak terlalu fokus di pantainya yang cukup ramai. Meski pasir pantainya halus sekali, pasir paling halus yang saya rasakan selama di Belitung, airnya bening dan pemandangan latar belakang dengan laut yang hijau sangat indah, namun sayang tempat ini sudah dicemari dengan sampah-sampah plastik. Sampah ada di mana-mana. Sangat disayangkan, karena tempat ini begitu bagus dan potensial. Tempat ini satu-satunya tempat / pantai di mana saya temukan sampah bertebaran. Sayang.
Tibalah akhir dari perjalanan. DI hari ketiga, kami putuskan untuk berleha-leha dulu di pagi hari. Kami biarkan si Ade puas-puasin berenang – karena bagi anak usia empat tahun liburan itu ya berenang di hotel. Menjelang siang, kami menuju Rumah Adat Belitung. RUmah adat yang cantik ini cukup menjelaskan liku-liku dan sejarah serta budaya Belitung. Namun rasanya rumah adat bisa dibuat lebih menarik lagi serta dilengkapi dengan penambahan replika, figur atau pertunjukan yang lebih bercerita dan dikemas lebih menarik. Seperti saya duga, si Kakak terlihat cukup bosan.
Rumah Adat Belitung - bisa dipermodern (dok.pri)
Tingkah si Ade di dalam Rumah Adat (dok.pri)
Perjalanan dilanjutkan ke Museum. Di bangunan khas jaman dulu yang berada di bekas komplek perkantoran PT Timah ini tersimpan banyak peninggalan yang terkait dengan pengeboran timah yang dahulu merupakan penghasilan utama daerah ini dan mata pencaharian utama warganya. Di sini terdapat laci-laci dan rak berisi berjenis-jenis batu mineral dan bahkan maket penambangan timah saat dahulu masih beroperasi. Beranjak ke halaman belakang, kami dikejutkan dengan lapangan yang besar tempat terdapatnya beberapa koleksi binatang – termasuk buaya yang dipakai dalam filem Laskar Pelangi. Ternyata halaman belakang bangunan ini menyambung dengan kebun binatang mini daerah Belitung. Menutup kunjungan di museum ini, istriku mendapatkan kejutan membahagiakan, karena dia mendapatkan buah “huni” yang selama ini dia idamkan langsung dari pohonnya.
Entah museum apa namanya, di bekas perkantoran PT Timah (dok.pri)
Akhirnya Ibu menemukan buah yang dicari selama ini langsung dari pohonnya (dok.pri)
Sambil berkendara menuju bandara, kami mampir sebentar di Pantai Tanjung Pendam. Rencananya kami akan ke pantai ini di hari pertama untuk melihat sunset. Tanjung Pendam adalah daerah wisata yang cukup ramai pada akhir minggu. Pantai dengan pasir yang tidak terlalu putih ini memang menghadap ke horison laut sehingga menjadi posisi yang bagus untuk melihat matahari terbenam. Karena berada dekat keramaian, dan juga bersebelahan dengan pelabuhan bongkar muat, maka lokasi ini akan ramai, terlihat dengan beberapa lapak pedagang yang saya temui. Sekelebat mungkin lokasi ini sedikit mirip dengan Ancol minus Dufan.
Tanjung Pendam ternyata bukan tujuan akhir kami. Kami ternyata mampir sebentar ke sebuah danau kecil berwarna biru muda. Indah sekali, apalagi dikelilingi pagar dari kayu serta beberapa tumbuhan berwarna di pinggirnya. Namun ternyata ada keindahan itu muncul dari sebuah “kerusakan”. Danau itu adalah bekas galian tambang timah yang konon katanya berkedalaman 30m. Bekas galian timah pun masih bisa dilihat di sebelah danau biru itu.
Keindahan di balik kerusakan bekas tambang (dok.pri)
Akhirnya, kami harus pulang. Kembali ke kampung halaman di Pamulang. Dengan membawa momen indah untuk dikenang. Momen kebersamaan keluarga menyatu dengan indahnya alam semesta. Dengan diantar pesawat Sriwijaya yang datang dan pulang tepat waktu, saya bawa kesan itu untuk teman-temanku, termasuk seorang bule dan berkata: 'Hei. Indonesia tidak hanya Bali kawan. Pantai itu tidak hanya Kuta. Coba deh ke Belitung. Rasakan keindahannya'. Dan ternyata “hasutanku” berhasil. Kawan buleku akhirnya berkunjung ke sana sebulan kemudian beserta istri dan keluarganya. Dia pulang membawa kekaguman yang sama. It is sooo beautiful.
Pulang dengan bahagia (dok.pri)
Masya Allah. Alhamdulilah. Terima kasih ya Allah atas limpahan indahnya Indonesia. It is wonderfulindonesia.