Perahu pengunjung mulai berdatangan, sebagian digendong turun (dok.pri)
Ade mengobrol dengan anak yang entah siapa dan kapan kenalnya (dok.pri)
Setelah hujan berenti, kami lalu menjauh sedikit dari Pulau Lengkuas dan berhenti di suatu tempat dengan pemandangan laut yang menakjubkan. Saya yang berpelampung lalu memberanikan diri bersnorkeling bersama Kakak. Tidak mudah ternyata memakai alat snorkeling bagi yang tidak terbiasa. Air asin masih saja tercicip. Meski sempat terbawa arus keras menjauh dari perahu dan ditolong pengemudi kapal, namun saya menikmati pemandangan bawah laut yang indah langsung dengan mata kepala sendiri. Koral-koralnya bagus, ikan-ikan yang lucu berwarna-warna lalu lalang. Bahkan si Ade dan ibunya yang berada di atas perahu bisa melihat ikan-ikan itu di kebeningan air laut menghijau sambil memberi makan dengan biskuit yang diremas. Ah, alangkah indahnya alam Indonesia.
Nikmati hijau nya laut yang bening dan bersih (dok.pri)
Nikmati juga butiran pasirnya yang halus (dok.pri)
Jam makan siang tiba. Kami lalu dibawa ke Pulau Kepayang. Pulau ini tidak seramai pulau lain. Pasirnya berbeda dengan pantai lain karena lebih keras dan besar. Airnya pun – meski jernih – agak berbuih. Namun di pulau ini terdapat beberapa rumah sebagai vila dan gubuk-gubuk di bawah pepohonan yang rimbun. Sangat cocok untuk makan siang, yang dibawa oleh pengemudi perahu dan dihangatkan di pulau ini. Berdiri di pantai dekat perahu, kita bisa melihat ikan-ikan lucu berkeliaran di sekeliling betis kita. Kami istirahat cukup lama di sini, sekaligus membersihkan diri, mandi dan berganti baju. Memang di Pulau Lengkuas pun terdapat fasilitas mandi, namun air di sana masih memakai air payau. Sementara itu di Pulau Kepayang ini, kamar mandi yang sederhana ini sudah memakai air tawar.
Nikmati juga rimbunnya pohon termasuk akar bakau dan buahnya di Pulau Kepayang (dok.pri)
Perahu tertambat dekat batu besar. Indah juga ya (dok.pri)
Ade berenang dengan latar Batu Kura-kura (dok.pri)
Menjelang sore, kami pulang diiringi cuaca yang tiba-tiba mendung. Badai tiba. Cukup menegangkan juga tatkala ombak tiba-tiba membesar, lalu angin menerpa dan hujan turun lumayan deras. Kondisi seperti ini adalah biasa bagi nelayan di sana. Untuk mempercepat sampai di darat, maka diputuskan perahu bertambat di Tanjung Binga – bukan di Tanjung Kepayang tempat awal kita berangkat. Alhamdulillah, kita sampai darat dengan selamat, diiringi hujan cukup lebat.
Batu kepala burung memandang nuansa hijau muda ke tua (dok.pri)