Mohon tunggu...
Rifki Ardiansyah Abdul Qodir
Rifki Ardiansyah Abdul Qodir Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya sorang mahasiswa yang sedang mengerjaka tugas.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Banyak Produsen Mobil yang Beralih Transmisi Matik AT ke Matik CVT pada Masa Kini

25 Juni 2024   12:02 Diperbarui: 25 Juni 2024   12:49 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transmisi mobil | Sumber: otoseken.gridoto.com

Dalam beberapa tahun terakhir, industri otomotif mengalami transformasi signifikan, terutama dalam hal teknologi transmisi kendaraan. Salah satu perubahan yang paling mencolok yaitu peralihan dari transmisi matik AT (Automatic Transmission) ke matik CVT (Continuously Variable Transmission). 

Produsen mobil terkemuka di Indonesia semakin banyak yang mengadopsi CVT sebagai standar baru dalam kendaraan mereka. Pergeseran ini didorong oleh berbagai faktor, mulai dari efisiensi bahan bakar yang lebih baik hingga pengalaman berkendara yang lebih mulus. Apakah peralihan transmisi ini menguntungkan bagi konsumen? Atau justru merugikan?

Teknologi transmisi CVT semakin diminati dan banyak diaplikasikan pada mobil-mobil modern. CVT (Continuously Variable Transmission) adalah jenis transmisi otomatis yang mampu mengubah rasio gigi secara otomatis tanpa adanya pergantian gigi seperti pada transmisi manual atau transmisi AT konvensional (Hyundai, 2023). 

Sedangkan transmisi AT adalah transmisi otomatis yang menggunakan gigi sama halnya dengan transmisi manual namun transmisi AT in gigi nya berpindah secara otomatis. CVT menggunakan sabuk dan puli untuk mengubah rasio transmisi secara halus dan nyaman saat berkendara. Keunggulan utama CVT adalah kemampuannya untuk menjaga mesin pada kecepatan optimal. 

Karena CVT dapat menyesuaikan rasio transmisi dengan kecepatan kendaraan secara otomatis, mesin dapat bekerja lebih efisien pada setiap kecepatan. Ini membuat mobil lebih hemat bahan bakar dan menghasilkan emisi yang lebih rendah. CVT juga menawarkan pengalaman berkendara yang lebih halus dan nyaman. 

Tanpa adanya perpindahan gigi, transisi antara rasio transmisi menjadi lebih mulus, sehingga tidak ada kejutan atau ketidaknyamanan saat mengemudi. Berbeda dengan transmisi AT, ini masih menggunakan gigi walaupun otomatis, perpindahan gigi pada transmisi AT ini sangat terasa dan membuat pengguna mobil merasa kurang nyaman terkait hal tersebut. 

Transmisi AT juga dapat dikatakan boros karena saat sebelum perpindahan gigi, rpm harus agak tinggi supaya dapat berpindah ke gigi berikutnya. Hal ini tentunya sangat berbeda dengan CVT yang dimana CVT bisa stabil pada rpm rendah tanpa melakukan perpindahan gigi.

CVT pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1992 pada mobil Fiat Uno II. Setelah itu dilanjutkan dengan Honda Jazz pada tahun 2003 dengan seri Jazz i-DSI. 

Lalu pada November 2021, tiga dari produsen mobil terbesar di Indonesia yaitu Toyota, Daihatsu dan Mitsubishi meluncurkan generasi baru dari mobil sejuta umatnya yang bernama Avanza dan Veloz dari Toyota, Xenia dari Daihatsu serta Xpander dari Mitsubishi ini telah membawa perubahan yang besar salah satunya yaitu perubahan transmisi matik, dari matik AT (Automatic Transmision) ke CVT (Continuously Variable Transmission). 

Karena hal ini, banayk konsumen dari setiap produsen mobil merasa kecewa karena mereka mengetahui bahwa CVT itu tidak bisa seawet AT. Perubahan transmisi ini terjadi juga pada generasi baru mobil legendaris Toyota yaitu Kijang Innova pada November 2022. 

Meski Kijang Innova generasi sebelumnya yang masih menggunakan transmisi AT masih bisa dibeli, pihak Toyota memberi batasan penjualan pada Kijang Innova generasi sebelumnya agar Kijang Innova generasi yang baru ini bisa laris seperti generasi sebelumnya. 

Hal ini juga mempengaruhi pasar mobil bekas pada Kijang Innova generasi sebelumnya untuk mempertahankan harga mobil ini supaya terus menguat hingga Toyota dapat meluncurkan Kijang Innova generasi baru menggunakan transmisi matik AT.

Alasan mengapa banyak produsen mobil yang beralih ke transmisi CVT dikarenakan biaya produksi mobil dengan menggunakan transmisi CVT ini cenderung lebih murah dibandingkan menggunakan transmisi AT. Hal ini bisa jadi dikarenakan produsen mobil ingin mengambil keuntungan yang lebih banyak dengan memangkas biaya produksi mobil. 

Selain itu para produsen mobil juga ingin mobil yang diproduksinya ini lebih irit bahan bakarnya serta meningkatkan penjualan sparepart milik mereka. 

Mengenai peningkatan penjualan sparepart ini, produksi mobil lebih diuntungkan karena transmisi CVT ini seawet AT, maka dari itu mobil bertransmisi CVT ini harus dirawat secara benar dengan mengganti oli matik dan oli transmisi pada setiap 10.000 kilometer jika tidak ingin sparepart pada mobil CVT mengalami kerusakan. 

Jika tidak dirawat dengan benar dan mengalami kerusakan pada sparepart, pemilik mobil harus mengservis mobilnya ke tempat servis dan biasanya biaya servis transmisi CVT lebih mahal daripada biaya servis transmisi AT. Karena hal ini, konsumen mobil lebih memilih untuk membeli mobil bekas dengan transmisi AT dibandingkan mobil baru bertransmisi CVT yang rawan rusak pada sparepart nya.

Dengan demikian, menurut saya produsen mobil lebih baik menuruti keinginan dari konsumennya agar penjualan mobil baru mereka bisa lebih baik. Selain itu, produsen mobil alangkah baiknya tetap memproduksi mobil menggunakan transmisi AT supaya mobil tersebut bisa bertahan dengan jangka waktu yang lama. Dengan ini, para konsumen kemungkinan akan mengalami penurunan pada pembelian mobil bekas bertransmisi AT karena produsen mobil sudah Kembali menyuguhkan mobil-mobilnya dengan transmisi AT lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun