"Hardened in battle and no stranger to violence, Moerdani believed that the ends justify the means...He once shocked members of an Indonesian parliamentary committee by saying, in effect, that if he had to sacrifice the lives of 2 million Indonesians to save the lives of 200 million Indonesians he would do so."
http://www.smh.com.au/articles/2004/09/09/1094530768057.html
Tidak heran beberapa pastur Katolik seperti Romo Mangunwijaya, Sandyawan dan Mudji Sutrisno justru tidak menyukai Wanandi bersaudara padahal saudara kandung mereka, Markus Wanandi adalah pastur.
16 tahun kemudian, Prabowo Soebianto, orang yang pernah mereka jatuhkan karena memimpin penyelidikan atas bom Tanah Tinggi malah tidak memiliki saingan untuk menjadi presiden Indonesia berikutnya. Tentu saja mereka kembali panik sebab bila Prabowo memimpin negeri ini maka kemungkinan besar semua kejahatan mereka di masa lalu khususnya periode 1998 terbongkar. Untuk itulah klik CSIS perlu menciptakan sosok lawan tanding Prabowo dan sosok tersebut adalah Jokowi.
Proses penciptaan Jokowi dimulai pada tahun 2008 dengan mengirim Agus Widjojo untuk menjajaki kerja sama dan setelah itu penggarapan Jokowi dilakukan oleh Luhut Panjaitan anak emas Benny Moerdani dengan kedok PT Rakabu Sejahtera sedangkan kegiatan memoles citra Jokowi diserahkan kepada Goenawan Mohamad dan grup Tempo. Selanjutnya dukungan negara-negara imperialis diatur oleh Jacob Soetoyo dan Sofyan Wanandi bersama Marie Elka Pangestu sejak tahun 2013 sudah melempar wacana duet Jokowi-JK dengan gelontoran dana minimal Rp. 2trilyun (http://m.rmol.co/news.php?id=129021). Keterlibatan Surya Paloh dan Megawati dalam ledakan bom Tanah Tinggi menjawab keanehan PDIP, dan NasDem begitu saja mendukung kursi presiden kepada Jokowi dan wakil presiden kepada Jusuf Kalla (http://m.rimanews.com/read/20140413/147888/duet-jokowi-jusuf-kalla-didukung-sofyan-wanandi-apindocsiskompas-mau-diumumkan).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI