Mohon tunggu...
Rifki Ramadhan
Rifki Ramadhan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Membaca dan Menulis. Saya percaya ada hubungan sebab-akibat di antaranya. Sehingga saya yang cinta Membaca ini, merasa wajib untuk menggauli Menulis pula.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bebek Penakluk Taksi

26 Juni 2010   12:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:16 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Walhasil, pergi dan pulang sekolah adalah saat-saat yang nyaris tak pernah indah waktu ku di Sekolah, baik waktu SD, SMP hingga SMA. Tak terhitung sudah berapa banyak umpatan-umpatan kesal yang keluar dari mulutku kepada supir-supir itu. Aku bahkan yakin, bukan hanya aku seorang tapi hampir semua pelajar Kota pernah melayangkan sumpah serapah pada supir taksi di Kota itu.
Dan setelah belasan tahun berlalu, aku sekali lagi berdiri di pinggir jalan seberang Sekolahku. Sore itu, aku hendak menjemput adikku pulang sekolah. Tanpa sengaja, aku melihat lagi salah satu dari 2 supir MahaTega yang pernah menjadi aktor utama dalam menciptakan Kronologis Terburuk ku dulu. Ya tak salah lagi aku ingat benar wajahnya, berwajah lancip, berkulit hitam, matanya besar dan melotot, bibirnya hitam,nyaris tak ada perubahan berarti pada wajah supir itu, kecuali rambutnya yg dulu panjang sekarang lebih pendek. Ia sedang ngetem di depan Sekolahku, menunggu dengan sabar anak-anak SD itu pulang sekolah tepat jam 5 sore.

*****

Tuhan mungkin merespon umpatan ku dan ribuan pelajar Kota lainnya sebagai doa, doa yang buruk lebih tepatnya. Doa yang keluar terlampau banyak dari mulut pelajar. Doa yang dulu masih menggantung di langit, sampai kemudian didengar dan dikabulkan oleh Nya. Bukankah doa anak-anak, orang-orang teraniaya dan orang yang sedang berjuang di jalan Tuhan akan dengan cepat dikabulkan oleh Nya?

“Bebek-Bebek” pun dikirim untuk menggulingkan hegemoni Taksi. Tak perlu waktu lama untuk melihat hasilnya. Bebek-bebek itu sekarang harganya jauh lebih murah, persyaratan untuk memilikinya pun sangat mudah, Tak heran warga kota ini tergila-gila pada si bebek murah, semua orang lebih memilihnya ketimbang Taksi sebagai alat transportasi utama. Taksi kehilangan pelanggannya perlahan namun pasti. Ketergantungan warga kota terhadap Taksi berkurang secara dramatis. Pelanggan Taksi tetap ada, pun jumlah mereka tidak banyak.

Dan bukan hal yang mustahil suatu hari di masa depan, taksi akan punah eksistensinya. Taksi akan hanya menjadi sebuah memori lusuh yang sukar dikenang. Tapi jujur, aku tak mau itu terjadi.

Andai bisa kembali ke 1996, ketika doa-doa itu masih bergantungan di langit, aku akan segera menarik turun mereka dan menghapusnya. Jangan sampai Tuhan mendengar dan menjawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun