Mohon tunggu...
Rifi Hadju
Rifi Hadju Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Buku Min Turobil Aqdam (2018), Tadabbur Cinta (2019), Gadis Pattani Dalam Hati (2019)

Rifi Hadju adalah nama panggung saya. Aslinya, saya Ade Rifi. Lahir di Surabaya, 21 Februari, dua puluh sekian tahun yang lalu. Saat ini sedang berkuliah di Universitas Muhammadiyah Surabaya, menempuh prodi Pendidikan Bahasa Inggris. Baru sejak tahunan lalu memiliki ketertarikan di dunia kepenulisan, terutama pada irisan sastra. Sekarang disibukkan bertengkar dengan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tampar Aku Tuhan

13 Desember 2018   06:17 Diperbarui: 13 Desember 2018   06:23 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tampar aku Tuhan, tampar aku yang terlalu berkeyakinan bahwa kebenaran ku adalah kebenaran yang tidak ada salahnya. Kesalahan mereka adalah kesalahan yang tidak ada benarnya.

Tampar aku Tuhan, tampar aku yang percaya diri bahwa suara ku adalah suara mutlak yang tidak bisa diganggu gugat suaranya. Suara mereka adalah suara sumbang yang tidak memiliki kemutlakan.

Tampar aku Tuhan, tampar aku yang bulat menutup telinga serapat-rapatnya dari bisikan-bisikan mereka. Telinga mereka adalah telinga yang harus mau untuk mendengar bisikan-bisikanku.

Tampar aku Tuhan, tampar aku yang bersungguh-sungguh bahwa nafasku adalah nafas suci. Nafas mereka adalah nafas kotor yang berpeluang berkontimasi kepada kesucian nafasku.

Tampar aku Tuhan, tampar aku yang pasti mengaku jika penglihatanku adalah presisi dan jauh jangkauan nya. Penglihatan mereka adalah buram dan buta jika ditandingkan dengan penglihatanku.

Tampar aku Tuhan, tampar aku yang egois merasakan hanya apa yang aku rasakan. Rasa mereka adalah tidak ada pentingnya dibanding rasaku.

Tampar aku Tuhan, tampar aku yang terjebak di dalam gelar paling mulianya ciptaan -Mu, yang menganggap selain aku adalah najis dan kehinaan.

Tampar aku Tuhan, tampar aku yang menolak mengakui ngalah kerendahan hati -Mu agar aku mampu mencintai -Mu, yang hanyalah menganggap-Mu sedang mengemis-ngemis pujaan sekaligus ketakutan dari -Ku

Tampar aku Tuhan, yang munafik menafikkan kehadiran diri-Mu di dalam kehidupan ku, yang menganggap Engkau hanyalah pendompleng nama besar-Ku di dunia ini.

Tampar aku Tuhan, tampar aku yang acuh terhadap bahasa-bahasa komunikasi-Mu agar aku bisa mendekat kepada -Mu, yang aku seolah-olah lebih jauh dan menjauh dari -Mu.

Tampar aku Tuhan, tampar aku yang angkuh terhadap lamaran -Mu, yang menganggap Allahuakbar hingga Lailahailallah -Mu adalah bualan-bualan agar aku bertekuk lutut terhadap -Mu


Tampar aku Tuhan, yang ternyata ke angkuh sombong munafik acuh-an ku tak mampu memijarkan cahaya-cahaya -Mu didalam gelap gulita malam-Mu.

Tampar aku sekeras-kerasnya Tuhan, agar aku mampu memahami dan menyadari akan ke tidak ada apa-apaan nya aku. Sekeras-kerasnya Tuhan, sekeras-kerasnya hingga aku bersimpuh dan luluh terhadap uluran tangan -Mu yang menarikku ke dalam pelukan hangat sejati -Mu yang abadi mesra mencintai dan menyayangi.

Surabaya, 2017.

Tercantum dalam buku Min Turobil Aqdam, 2018.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun