Mohon tunggu...
Rifki GG
Rifki GG Mohon Tunggu... -

“Setiap tulisan merupakan dunia tersendiri, yang terapung-apung antara dunia kenyataan dan dunia impian.” (Pramoedya Ananta Toer)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Keyakinan Agama dalam Politik Kita, Etiskah?

20 Februari 2017   12:00 Diperbarui: 20 Februari 2017   12:07 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara di Indonesia kasusnya berbeda. Sepanjang sejarah, hampir seluruh transformasi di Nusantara sebelum 1945 maupun  setelah  Indonesia berdiri tidak pernah lepas dari peran agama. Di masa jauh sebelum kemerdekaan misalnya, corak agama Hindu Budha begitu kental pada kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Sriwijaya dan Majapahit. Ketika kemudian Islam menyebar, pusat kekuatan politik di Nusantara berpindah ke beberapa  kesultanan seperti Demak, Banjar, Mataram dan Ternate. Resolusi Jihad KH Hasyim Asyari adalah salah satu contoh yang menunjukan peran keyakinan agama di masa perjuangan kemerdekaan.

Ketika Indonesia berdiri, pengaruh agama itu terterjemahkan misalnya, pada hadirnya NU, Parmusi, Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII) dan Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah), Partai Kristen Indonesia dan Partai Katolik dalam kontestasi perpolitikan Indonesia. Keyakinan agama jugalah yang ikut berperan melawan pengaruh dan anasir PKI yang pada gilirannya mengantarkan kita kepada transisi dari Orla ke Orba. Saat reformasi datang, banyak partai yang mendapat inspirasi dan basis pemilih berdasar keyakinan agama, membentuk diri. Hari ini beberapa mungkin telah hilang, tapi beberapa di antaranya tetap kokoh dan tiada berhenti berperan.

Catatan sejarah  yang demikian bersanding dengan prinsip Keesaan Tuhan yang termaktub baik dalam Pancasila maupun Undang Undang Dasar. Dan atas dasar semua ini agaknya sulit untuk tidak bersetuju dengan pernyataan Mentri Agama. Setidak-tidaknya untuk saat ini.

Sumber : frontier.net

                 plato.standford.edu

                 wikipedia.org

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun