Selayang PandangÂ
Lakon Asmaraloka ialah buku tentang kisah-kisah asmara dunia pewayangan. Tersusun dari 24 bab dengan cerita yang berbeda-beda. Tokoh wayang yang dibahas juga beragam, mulai dari yang terkenal hingga nama yang baru pertama kali kita dengar.
Buku ini menjadi buku pertama penulis, yakni Mahadewa Adi Seta. Harapan penulis adalah pembaca dapat mengenal lakon wayang terutama pada dunia romansanya. Ia berharap, semua yang baik dapat diambil dan yang kurang baik ditinggalkan.
Lakon Asmaraloka dibuka dengan cerita Trijata, keponakan Rahwana sang Dasamuka. Trijata malah jatuh hati pada Lesmana, yang merupakan adik Rama --musuh Rahwana.
Sayang, cinta Trijata bertepuk sebelah tangan karena Lesmana memutuskan wadat, atau bersumpah tidak akan menyentuh perempuan seumur hidup.
Ada banyak cerita serupa Trijata, yang cintanya ditolak sang pujaan hati. Seperti pada bab Palguna Palgunadi, Banowati Nagih Janji, Amba Wirang dan lainnya.Â
Mahadewa menuliskan kisah asmara secara komprehensif, ada saat percintaan bersatu karena bahagia dan saat tragis karena hatinya tidak saling bertemu.
Cerita romansa yang berhasil, diwakili pada bab Surtikanti Karna, Priyambada Mustakaweni, Semar Pilih dan lainnya.Â
Dari percintaan yang berhasil, saya temukan pola pertemuan mereka, bisa melalui perjodohan langsung, perjodohan sayembara, jatuh cinta saat tanding adu kekuatan, dan secara khusus jatuh cinta pada ketampanan Arjuna.Â
Tak mengherankan jika Arjuna kemudian memiliki nama lain Janaka, yang artinya beristri banyak.
Identitas buku
Judul: LAKON ASMARALOKA
Pengarang: MAHADEWA ADI SETA
Penerbit: BUKU BIJAK
Tebal buku: 196 HALAMAN
Cetakan: CETAKAN PERTAMA, 2020
Mahadewa juga menambahkan cerita cinta dalam bentuk lain, yakni cinta pada keluarga. Seperti pada bab Pandawa Kasukan Dadu, Samba Juwing dan Kunti.Â
Ketiganya berkisah tentang problematika keluarga dalam dunia wayang. Ketiganya menegaskan bahwa terdapat jenis cinta tersendiri yang hadir pada hubungan di dalam keluarga.
Kelebihan & Kekurangan
Kelebihan Lakon Asmaraloka adalah menjadi buku dengan isi komprehensif. Buku ini bercerita kisah romansa, namun tidak menghilangkan wawasan-wawasan khas wayang.Â
Mahadewa turut menuliskan sejarah lakon wayang, pusaka, ajian dan hubungan antar satu wayang dengan lainnya. Bagi pembaca cerita wayang pemula, hal tersebut sangat membantu meningkatkan pemahaman.
Mahadewa Adi Seta menggunakan gaya bercerita yang menarik. Ia menggunakan sudut pandang orang ketiga sehingga lebih leluasa mendeskripsikan kisah wayang. Pembaca menjadi betah mengikuti kisah wayang dari awal hingga akhir buku.
Buku ini juga memuat kisah asmara yang kompleks, mulai dari cinta bahagia, bertepuk sebelah tangan dan cinta pada keluarga.Â
Penulis juga memuat lakon wayang yang masih jarang dikenal dan menghindari glorifikasi pada cerita wayang yang familiar, seperti; Ramayana dan Perang Bharatayudha.
Kelebihan lain dari Lakon Asmaraloka adalah tambahan gambar wayang di setiap bab. Gambar wayang yang digunakan bagus dan seragam. Sayangnya, penempatan yang dipilih kurang strategis karena berada di pojok halaman kertas yang dijilid.
Kekurangan buku ini adalah adanya beberapa kalimat dengan susunan bahasa yang membingungkan.Â
Penulis sepertinya menggunakan susunan bahasa lama atau terjemahan bahasa jawa yang kurang tepat. Ini mengakibatkan pembaca harus mengulangi bacaan untuk memahami maksud penulis.Â
Lakon Asmaraloka sarat akan cerita wayang dan sejarahnya.
Oleh karena itu, bab-bab pada buku ini sebaiknya dikelompokkan dengan kategori tertentu, seperti kisah asmara yang bahagia, sedih atau lainnya. Tujuannya adalah pembaca dapat dengan mudah mengidentifikasi dan memahami cerita wayang yang dituliskan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H