Mohon tunggu...
Rifatul Khoriyah
Rifatul Khoriyah Mohon Tunggu... Guru - Guru/Guru Islam/MasterPAI/SDN2Tawangrejo

Pendidik merupakan Profesi yang sangat luar biasa, menjadi pendidik adalah hal menarik yang saya alami, karena selain mendidik anak-anak orang lain, saya juga mendidik anak saya sendiri melalui berbagai pengalaman yang saya implementasikan di sekolah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Budaya Positif Ciptakan Iklim Pembelajaran yang Aman, Nyaman, dan Menyenangkan

3 Juni 2024   17:26 Diperbarui: 3 Juni 2024   17:59 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1.1 Kolaborasi bersama rekan sejawat/dok. pri

Gambar 1.2 Diseminasi Penerapan Pemahaman Budaya Positif/dok. pri
Gambar 1.2 Diseminasi Penerapan Pemahaman Budaya Positif/dok. pri
 

Definisi Operasional Budaya Positif

Budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan di sekolah, Budaya positif yang diterapkan di sekolah adalah salah satu perwujudan dari visi guru yang mengandung nilai-nilai kebajikan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang dijabarkan dalam profil pelajar Pancasila.

Latar Belakang Budaya Posistif

Pendidikan merupakan tempat persemaian benih-benih kebudayaan, sekolah adalah tempat seorang guru bercocok tanam dalam mengupayakan terciptanya nuansa dan iklim pembelajaran yang aman, nyaman, dan menyenangkan agar murid-murid kita dapat tumbuh dan berkembang berdasarkan kodrat murni yang tertanam dalam dirinya. Oleh sebab itu, tanggung jawab seorang guru adalah berusaha menciptakan lingkungan positif yang terdiri dari kolaborasi antar warga sekolah untuk saling mendukung program yang memuat nilai-nilai kebajikan sesuai dengan kebutuhan dasar manusia agar tumbuh dengan karakter yang baik, memiliki motivasi yang lahir dari kesadraan dirinya sendiri (motivasi Instrinsik) yang diharapkan akan terbentuk melalui suatu budaya positif yang dilakukan secara konsisten.

Budaya positif sudah seharusnya diimplementasikan di setiap sekolah, diawali dengan penerapan konsep disiplin positif, dengan perubahan pola pikir dalam memahami paradigma belajar, penerapan membentuk keyakinan kelas, memahami kebutuhan dasar manusia, memahami posisi kontrol guru, penerapan segitiga restitusi dalam menyelesaikan problem dalam pembelajaran.

Tujuan Penerapan Budaya Positif

1. Menumbuhkan karakter positif pada diri murid.

2. Menumbuhkan kebiasaan yang positif

3. Menumbuhkan motivasi intrinsik

4. Menumbuhkan disiplin diri pada diri murid

5. Meningkatkan keberanian dna kepercayaan diri dalam berpendapat

6. Meningkatkan kesadaran murid dalam berperilaku

7. Meningkatkan rasa tanggung jawab dan kemandirian

Dukungan yang dibutuhkan dalam Penerapan Budaya Positif

1. Melakukan kolaborasi dan berkomunikasi dengan atasan (kepala sekolah), rekan sejawat dan murid dalam upaya menerapkan budaya positif di sekolah dan lingkungan masyrakat.

2. Kolaborasi dengan wali murid agar dapat melanjutkan pembiasaan Budaya Positif dilingkungan keluarga serta dapat berkiprah di masyarakat.

3. Sarana dan prasarana yang mendukung dalam terciptanya suasana aman, nyaman dan menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran untuk mewujudkan budaya positif

Urgensi Disiplin Positif dalam Mewujudkan Budaya Positif

Disiplin positif adalah solusi dalam mewujudkan budaya dan lingkungan yang positif, melalui strategi dan langkah-langkah universal yang perlu kita tinjau adalah pentingnya penerapan disiplin positif di sekolah kita. Apakah disiplin di sekolah itu efektif atau tidak? Apa yang harus kita lakukan agar disiplin positif tetap konsisten dijalankan?  korelasi dengan nilai-nilai kebajikan terletak pada konsep apa? Kita perlu melakukan sebuah analisis, apa tujuan sesorang melakukan sesuatu? Apa karena menghindari ancaman, dan ketidaknyamanan? Atau kita dalam melakukan sesuatu memerlukan pujian atau penghargaan dari orang lain? Disini, peran budaya positif akan berkembang dimana tujuan diterapkannya budaya positif adalah untuk menumbuhkan motivasi yang timbul dari dalam diri peserta didik, untuk menjadi insan kamil yang diharapkan kebermanfaatannya oleh seluruh kalangan, menjadi pribadi yang sesuai dengan yang diinginkan, mampu menghargai dirinya sendiri melalui nilai-nilai yang mereka percaya.

Ketika murid-murid kita memiliki motivasi instrinsik yang muncul dari kesadaran dalam dirinya, tentu dalam melakukan hal apapun tidak akan mudah terperdaya oleh sebuah omongan, atau pujian bahkan hukuman, mereka akan selalu melakukan hal positif berdasarkan pemahaman yang timbul dari dalam dirinya yang berlandaskam nilai-nilai karena mereka ingin menjadi orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang mereka hargai, atau mencapai suatu tujuan mulia yaitu menjadi insan kamil (Manusia sempurna). Menurut Ki Hajar Dewantara, bahwa untuk mencapai kemerdekaan atau dalam konteks pendidikan kita saat ini, untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Hal ini berdampak jangka panjang dan membentuk murid memiliki disiplin positif yang merupakan unsur utama terwujudnya suatu budaya positif.

Apapun tindakan manusia pasti memiliki tujuan tertentu, dalam melakukan tindakannya manusia akan memperhatikan kebutuhan dasar yang ingin dipenuhinya, diantaranya kebutuhan bertahan hidup, (survival), kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan penguasaan (power), selain itu tindakan yang dilakukan juga berdasar motivasi yang menguasai diri manusia. Ketika seorang murid melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan, atau melanggar peraturan, hal itu sebenarnya dikarenakan mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar mereka. Sebagai seorang guru bagaiamna kita merespon hal tersebut? dalam menyelesaikan permasalahan kita perlu memikirkan ulang langkah dan dampak yang akan terjadi. Sebuah masalah tidak harus diselesaiakan dengan memberikan efek jera atau memberi bukuman, cara menghukum adalah pilihan terakhir apabila sudah tidak ada cara lagi yang akan ditempuh, terhadap penyelesaian masalah pada murid kita harus memposisikan diri kita pada posisi manager, sesuai dengan pendekatan segitiga restitusi. Restitusi merupakan sebuah tawaran atau solusi dalam menangani problem yang menimpa murid guna untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukan dengan kepercayana diri dan karakter yang lebih baik dan kuat (Gossen; 2004) Restitusi adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi dari masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996). 

Adapun tahapan pada segitiga restitusi. adapun tahapan-tahapan Segitiga Restitusi adalah:

1. Menstabilkan identitas

2. Validasi tindakan yang salah

3. Menanyakan keyakinan kelas

Menangani permasalahan dengan langkah segitiga restitusi, guru berkolaborasi dengan murid menyelesaikan dan menemukan solusi permasalahan, dengan ini murid mampu menemukan solusi permasalahan berdasarkan kesadaran dari dalam dirinya sendiri. hal ini dapat membentuk siswa memiliki disiplin positif yang nantinya akan mewujudkan budaya positif diinginkan pada lingkungan sekolah.

Daftar Pustaka

Modul 1.4 Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 10 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun