"Kenapa?" Aku menatapnya.
Dia menghela napas. "Ya, itu tadi, dia juga ingin membuka pasar malam. Tapi, pasar malam tipuan. Mereka bukan niatnya menghibur, tapi menjadikan tempat ini sebagai ladang perjudian dan pelacuran. Aku tak ingin tempatku dikotori." Dia bergegas pergi.Â
Sebenarnya aku sudah berniat meninggalkan kota ini. Namun, karena ada pesaing bisnis pasar malam, aku menjadi tertantang. Aku juga ingin membuat Aron kesal karena mencoba menusukku dari belakang.
"Aron, arena pasar malam kita buka lagi."
"Lho, kok?"
Sejak saat itu tak ada yang mengganggu pasar malamku. Rencana sebulan beroperasi, aku tambahkan sebulan lagi. Aku penasaran ke mana anak perempuan aneh itu.
Saat pasar malamku akan meninggalkan lapangan itu, mataku tak sengaja melihat sesosok anak perempuan duduk di dahan pohon beringin. Dia melambai. Bulu kudukku seketika berdiri.
---sekian----
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H