Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Pasar Malam

14 September 2019   23:29 Diperbarui: 17 September 2019   20:37 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pasar Malam | (KOMPAS.com/WAHYU ADITYO PRODJO)

Aku hanya fokus melihat Derrek mulai beratraksi. Gila, dia berkelebat kesetanan. Setelah dia berkeliling beberapa putaran, aku menyusul. Aku berencana terbang di atas Derrek yang melaju kencang. 

Tapi, atraksi yang sudah kapalan aku lakukan, kiranya memiliki sisi kegagalan. Roda depan motorku menghantam keras kepala Derrek. Kami berdua terjerembab ke dasar tong setan. Pengunjung kalang-kabut. Sebelum pandanganku gelap, aku melihat anak perempuan berambut panjang dan berwajah pucat itu, menyeringai.

Saat membuka mata, aku sudah di rumah sakit. Untung hanya wajah Derrek yang lecet-lecet. Sementara aku sehat-sehat saja. Tadi itu aku hanya shock.

Aku menatap Aron yang bersandar di pintu. Sebenarnya aku berat memutuskan hal ini. Tapi, aku tak boleh egois.

"Setelah aku pikir-pikir, kita pindah saja ke kota lain. Sepertinya kota ini tidak bersahabat dengan kita. Ron, kau pimpin anak-anak merapikan seluruh peralatan. Besok malam kita sudah harus meninggalkan kota ini."

"Siap, Bos!" Aku tak sempat melihat kilatan rasa senang dari matanya.

Ketika besok paginya aku sedang mencukur jenggot di bawah pohon beringin, anak perempuan aneh itu datang lagi.

"Apalagi? Aku tak hirau ancamanmu. Aku hanya benci kota ini. Aku harus pergi."

"Jangan! Kalian harus tetap di sini. Buka lagi pasar malamnya. Kau kenal Aron, kan?" 

"Ya, pasti! Dia tangan kananku."

"Dia memang tak ingin kalian membuka pasar malam di sini. Dia sudah diiming-imingi orang lain, yang juga ingin membuka pasar malam di sini, agar kalian hengkang secepatnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun