"Membaca novel itu."
"Halaman seratus lima belas."
"Pasti Sam akan mengatakan cinta kepada Sarlita. Perempuan itu menerimanya, meskipun tahu akan banyak penghalang  merintangi cinta mereka."
"Kok kau tahu Sanif?"
"Aku kan peramal!"
Dia tertawa, duduk di sebelahku. Aku mengaromai shampo. Mungkin rambutnya sangat dekat ke hidungku. Hmm, seandainya aku boleh memeluk kepala dan mengecup rambutnya. Tapi, ah, aku hanya mengkhayal.
Di bercerita senja ini cerah. Banyak pasangan, terkadang bersama anak-anak---mungkin anak mereka.
Ada pula yang asyik memainkan layang-layang. Seorang lelaki bertopi cupluk, duduk sekitar sepuluh meter dari kami. Dia sedang melukis. Â Bisa jadi dia melukis senja, atau kami berdua. Marina tetawa lepas. Dia mengupas sesuatu. Sesuatu itu dia letakkan di bibirku; seulas jeruk.
"Enak?"
"Enak, dong!"
"Manis?"