Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pedro dan Brankas dari Emas

25 Juni 2019   11:41 Diperbarui: 25 Juni 2019   11:53 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kau mau pulang? Ayo, katakanlah! Kau pasti punya keperluan kepadaku."

"Sebenarnya aku ingin meminjam uang untuk memulai usaha."

"Oh, kau perlu uang. Aku tak punya uang untuk dipinjamkan. Tapi aku ada brangkas dari emas. Kau bisa kukasih sepotong."

Wajah Rinos berubah cerah. Pedro masuk ke kamarnya. Rinos tersenyum lebar. Sebentar lagi dia akan kaya-raya. Namun, alangkah terkejutnya,  Pedro keluar dari kamarnya dengan dua buntelan. Buntelan-buntelan itu berisi makanan dan minuman.

"Ini buntelan kain untukmu, dan ini untukku."

Meski bingung, Rinos tetap mengikuti kehendak temannya. Mungkin brankas dari emas itu ada di bank. Satu kilometer kemudian, mereka sampai di depan sebuah bank,  Pedro tetap berjalan. Bahkan hingga bertemu lima bank, tetap saja dia berjalan.

Siang berganti malam. Malam berganti siang. Dua hari sudah mereka melakukan perjalanan, sementara bekal sudah lama habis. Mereka bekerja serabutan agar tetap bisa makan. Sedangkan Rinos sudah amat kelelahan.

"Masih jauhkah tempatnya?" tanya Rinos.

"Kita masih perlu melewati lima gunung, lima lembah. Nah, brangkas emas itu ada di lembah kelima. Kita juga harus menggali sedalam lima belas meter. Barulah kita mendapatkan brangkas emas itu."

Rinos terbelalak. Dia menyerah. Dia permisi pulang kepada Pedro. "Bagaimana tentang brangkas  emas itu?" tanya Pedro.

"Lupakanlah!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun