"Kau mau pulang? Ayo, katakanlah! Kau pasti punya keperluan kepadaku."
"Sebenarnya aku ingin meminjam uang untuk memulai usaha."
"Oh, kau perlu uang. Aku tak punya uang untuk dipinjamkan. Tapi aku ada brangkas dari emas. Kau bisa kukasih sepotong."
Wajah Rinos berubah cerah. Pedro masuk ke kamarnya. Rinos tersenyum lebar. Sebentar lagi dia akan kaya-raya. Namun, alangkah terkejutnya, Â Pedro keluar dari kamarnya dengan dua buntelan. Buntelan-buntelan itu berisi makanan dan minuman.
"Ini buntelan kain untukmu, dan ini untukku."
Meski bingung, Rinos tetap mengikuti kehendak temannya. Mungkin brankas dari emas itu ada di bank. Satu kilometer kemudian, mereka sampai di depan sebuah bank, Â Pedro tetap berjalan. Bahkan hingga bertemu lima bank, tetap saja dia berjalan.
Siang berganti malam. Malam berganti siang. Dua hari sudah mereka melakukan perjalanan, sementara bekal sudah lama habis. Mereka bekerja serabutan agar tetap bisa makan. Sedangkan Rinos sudah amat kelelahan.
"Masih jauhkah tempatnya?" tanya Rinos.
"Kita masih perlu melewati lima gunung, lima lembah. Nah, brangkas emas itu ada di lembah kelima. Kita juga harus menggali sedalam lima belas meter. Barulah kita mendapatkan brangkas emas itu."
Rinos terbelalak. Dia menyerah. Dia permisi pulang kepada Pedro. "Bagaimana tentang brangkas  emas itu?" tanya Pedro.
"Lupakanlah!"