Karena tak ada yang mau mengaku, akhirnya Pak Regar menghapus tulisan itu, dan mulai menulis sepuluh soal ulangan. Mungkin dia tak ingin memperpanjang masalah. Hanya saja aku tak suka bila seisi kelas mencurigai aku sebagai pelakunya. Maka saat Pak Regar hendak keluar kelas, aku buru-buru minta ijin karena kebelet kencing.
Selesai kencing, aku melihat Pak Regar berdiri di luar kelas. Aku ada ide untuk menjebak orang yang menulis kata-kata Regar Botak itu. Pelan-pelan aku mengatakan ide itu kepada Pak Regar. Dia mengangguk-anguk sambil mengajakku masuk ke dalam kelas.
Sepuluh menit berlalu, tiba-tiba Pak Regar menutup hidungnya. "Siapa yang buang angin? Â Tak sopan. Ayo, mengaku!" Â Pak Regar mengedarkan pandangan ke seisi kelas.
"Siapa yang buang angin? Kok tak bau?" Anak-anak ribut dan saling tuduh.
"Iya, ada yang kentut. Busuk sekali!" Aku menimpali.
"Ha, bapak tahu siapa yang kentut itu! Dia pasti orang yang menulis Regar Botak di papan tulis," katanya sambil tersenyum.
"Bukan aku yang kentut!" Terdengar suara seseorang dari bangku paling belakang. Seluruh mata tertuju ke sana. Ternyata si Abdul yang bersuara.
"O, jadi kau pelakunya?" Pak Regar hanya tertawa diiringi teriakan anak-anak. Abdul tertunduk takut. Sementara aku tersenyum girang. Ideku membuat Abdul tanpa sadar mengakui perbuatannya.
---sekian---